Fajar Paling Konsisten
Evaluasi setelah Home Tournament
JAKARTA, Jawa Pos – Lama tidak turun dalam pertandingan resmi jelas berpengaruh terhadap kondisi fisik para pemain pelatnas. Hal itu terlihat dari penampilan mereka dalam PBSI Home Tournament pada 24–26 Juni lalu. Ada yang fisiknya cukup prima, ada juga yang kedodoran. Apalagi, dalam turnamen yang digelar di Cipayung, Jakarta Timur, itu, mereka harus bermain dua kali sehari.
Di masa pandemi, latihan di pelatnas juga dikurangi. Fokusnya hanya menjaga fisik dan agar tidak kehilangan feeling pukulan. ”Selama ini latihan cuma setengah hari. Itu pun, programnya tidak 100 persen,” kata pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi kemarin. Nah, dari pola latihan itu, Herry sudah punya rapor buat para pemain. Terutama tiga pasangan terbaik.
Menurut dia, Fajar Alfian paling konsisten. Itu terlihat dari capaiannya dengan Yeremia E.Y. Yacob Rambitan. Mereka menyapu bersih lima kemenangan. ”Lalu, juga ada Kevin (Sanjaya Sukamuljo) yang lumayan bagus. Hanya, pada akhir pertandingan dia agak kendur sedikit,” papar pelatih 57 tahun tersebut.
Pasangan Fajar, M. Rian Ardianto, punya catatan sendiri. Pada awal turnamen, Rian yang berpasangan dengan Daniel Marthin sulit beradaptasi. Sebab, keduanya sama-sama pemain belakang. Alhasil, tidak ada yang mengatur permainan. Mereka kalah di bola-bola depan. Namun, sejak hari kedua, Rian/Daniel bisa beradaptasi. Rian ”dipaksa” jadi playmaker.
”Banyak pelajaran yang diambil dari sini. Saya sudah biasa jadi pemain belakang. Nggak begitu sering cari umpan,” ungkap Rian. ”Sekarang betulbetul berpikir cari cara untuk partner saya bisa menyerang,” tambah dia.
Sementara itu, dua sesi pertandingan, pagi dan sore, menjadi petaka tersendiri buat dua pemain senior, Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan. Hendra bersama Pramudya Kusumawardana berakhir di peringkat kelima klasemen. Sedangkan Ahsan dengan Leo Rolly Carnando menjadi juru kunci. Dari lima laga, dua pasangan itu hanya menang sekali.
Hendra memang tidak sepenuhnya fit. Pada hari kedua, dia mengalami kram di pinggang.
Selain fisik, faktor fokus juga sangat memengaruhi. Kata Ahsan, kalah di partai perdana oleh Marcus Fernaldi Gideon/M. Shohibul Fikri dengan skor 11-21, 21-14, 21-23 membuatnya bernafsu untuk menang di laga-laga selanjutnya.
Namun, karena terlalu ngotot, penampilan Ahsan/Leo kurang maksimal. Ketika posisi leading, mereka terburuburu ingin menyelesaikan pertandingan. Mereka kehilangan konsentrasi. ”Ya, kalau terlalu mau menang, mainnya juga jadi berantakan,” kata Ahsan.
Mereka pun mengubah mindset.
Dari yang harus menang menjadi fokus merebut poin per poin. Permainan keduanya jadi lebih terarah. Hal itu dibuktikan saat melawan pasangan Kevin/M. Reza Pahlevi Isfahani. Di luar dugaan, Ahsan/Leo menang 1621, 23-21, 21-12. ”Jadi lebih enjoy kalau fokus. Kesalahan-kesalahan sendiri juga berkurang,” ulasnya.
Melihat hasil Home Tournament, Herry IP tidak akan mengubah pola latihan. Menurut dia, porsi latihan sudah sesuai dengan kondisi terkini. Dia tidak akan memaksa diri untuk meningkatkan porsi. Apalagi, jadwal turnamen belum pasti.
”Yang penting (kondisi, Red) stabil saja dulu,” kata Herry. ”Kalau bagi saya, lebih baik menaikkan fisik daripada teknik. Kalau teknik jauh lebih lama karena banyak faktor. Untuk fisik, beberapa pemain sudah bisa balik dengan waktu cepat,” paparnya.