Studi Banding Virtual dengan Kampus Tiongkok
Sebelum Pembelajaran Kembali ke Sekolah
SURABAYA, Jawa Pos – Kampus dan lingkungan sekolah harus benar-benar memastikan kesiapan sebelum nanti diperbolehkan menyambut siswa, pengajar, dan karyawan kembali ke sekolah. Yayasan Ciputra Pendidikan berinisiatif menimba ilmu pelaksanaan new normal dari Tiongkok yang sudah lebih dulu mengaktifkan kegiatan belajar-mengajar di sekolah.
”Belajar dari Tiongkok yang sudah mengalami dulu. Apalagi, berhasilmenekanangkaCovid-19 menurut saya penting,” tutur Dr Ir Denny Bernardus MM, executiveboardYayasanCiputraPendidikan.Dennymengatakan,tentu sajapelaksanaannyadisesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
Melalui video conference, seluruh perwakilan berdiskusi dengan Hongqiang Zhang PhD, international cooperative programme dari Guangdong Lingnan Institute ofTechnology.Zhangmenuturkan, dengan keberagaman demografi dan sosial masyarakat, protokol tak bisa hanya mengacu pada satu standar. ”Misal, yang di pelosok kesulitan dengan fasilitas dan internet. Harus ada aturan pusat yang bisa mengakomodasi hal tersebut,” ucapnya.
Di tingkat sekolah dan kampus, pimpinan sekolah menjadi penanggung jawab utama. ”Di sini, kami sangat patuh. Sebab, jika sekolah atau kampus jadi lokasi penularan untuk satu orang saja, Kasek bisa dipecat,” jelasnya.
Sebelum sekolah dan kampus kembali beroperasi normal, ada mekanisme pelaporan kondisi tubuh selama 14 hari. Siswa, pegawai, maupun guru harus melapor tiap hari. ”Kami buat klasifikasi hijau, kuning, merah. Jika di kategori hijau terusmenerus selama 14 hari, mereka boleh ke sekolah,” jelasnya. Jika tidak mendapat kategori hijau, seseorang harus melakukan karantina selama 7 hari untuk kategori kuning dan 14 hari untuk kategori merah.