Bisa Gratis asal Penuhi Syarat
Surat Penerima BST Bisa Jadi Penolong
SURABAYA, Jawa Pos – Masih banyak peserta yang mencari fasilitas rapid test sehari menjelang pelaksanaan ujian tertulis berbasis komputer (UTBK) kemarin (4/7). Pengumuman Pemkot Surabaya yang menyediakan rapid test gratis di 63 puskesmas belum tersebar dengan baik. Apalagi, layanan gratis itu memang terbatas bagi pemegang kartu Indonesia pintar (KIP) kuliah dan ber-KTP Surabaya.
Pemkot Surabaya memang memfasilitasi warganya yang hendak mengikuti UTBK. Mereka bisa mendapatkan layanan rapid test sebagai persyaratan mengikuti ujian tersebut di puskesmas terdekat tempatnya tinggal. Namun, ada syaratnya. Selain memiliki KIP kuliah dan ber-KTP Surabaya, mereka harus tercatat di data masyrakat berpenghasilan rendah (MBR). Surat keterangan MBR bisa diganti keterangan lain. Misalnya, kartu BPJS PBI atau surat penerima bantuan sosial tunai (BST).
Tidak dimungkiri ada beberapa peserta UTBK yang kecele. Misalnya, yang terjadi di Puskesmas Benowo, Kecamatan Pakal. Di sana pihak puskesmas terpaksa menolak 10 peserta yang bermaksud mendapatkan layanan tes cepat gratis tersebut.
Penolakan itu bukan tanpa sebab. Salah seorang petugas yang enggan disebutkan namanya mengatakan, 10 orang tersebut tidak memenuhi syarat untuk tes cepat di puskesmas. ’’Mereka tidak punya kartu Indonesia pintar (KIP) dan bukan MBR,’’ jelas petugas itu.
Layanan rapid test untuk peserta UTBK juga berlangsung di Puskemas Gunung Anyar. Sejak pagi mereka berdatangan untuk mendapat giliran uji cepat itu. Program tersebut membuat mereka sedikit lebih lega.
Sebagian peserta baru tahu ada rapid test sebagai syarat UTBK di Surabaya pada Jumat (3/7). Pengumuman yang mendadak itu membuat mereka bingung
’Sempatbingungmencaritempat tes. Setelah tahu ternyata biayanya mahal,’ ujarWidiantiArifatunNadifah, salah satu peserta UTBK.
Saat itu dia tidak tahu bahwa ada rapid test gratis yang disediakan pemkot. Terutama peserta UTBK dari keluarga tidak mampu. Mereka baru tahu setelah mendapat info dari teman.
Hari itu juga Kepala Puskesmas Gunung Anyar drg Ni Made Sariyani menggenjot sosialisasi ke warga. Informasinya di-share di semua grup warga. ’’Pagi ini (kemarin, Red) sudah ada enam orang yang datang,’’ paparnya.
Dia mengungkapkan, layanan tersebut dibuka hingga Minggu (5/7). Pelayanan dibuka pukul 09.00‒12.00. Pihaknya belum mendapat instruksi untuk menambah hari. Namun, pihaknya siap jika memang ada intruksi dari Dinas Kesehatan Surabaya.
Made menambahkan, pihaknya menerima 160 rapid test kit untuk layanankhususUTBK.Namun,jumlah itu bisa juga ditambah. ’Kalau yang datang banyak dan alatnya kurang, akankamiajukanlagi,’ katanya.
Di tempat lain, Puskesmas Wonokromo dijatah 160 alat rapid test gratis. Pelayanan yang dibuka hingga Rabu (8/7). ’’Jumat pagi langsung kami siapkan. Siangnya baru bisa dibuka. Tapi, mungkin karena saat itu belum ada yang tahu, jadi tidak ada yang daftar. Baru hari ini (kemarin, Red) ada tujuh calon mahasiswa yang minta rapid test,’’ ujar Kepala Puskesmas Wonokromo dr Era Kartikawati kemarin (4/7).
Era menambahkan, layanan itu memang hanya untuk yang betulbetul tidak mampu. Minimal punya BPJS PBI. Kalau yang masih mampu atau tidak dapat memenuhi persyaratan, bisa langsung rapid test mandiri di rumah sakit, klinik, atau laboratorium swasta. Di Puskesma Wonokromo, ada dua petugas untuk mengambil sampel darah khusus rapid test gratis UTBK. Selain itu, petugas administrasinya disediakan khusus. Dengan begitu, calon peserta UTBK tidak bercampur baur dengan pasien umum.
Salah satu peserta UTBK yang memanfaatkan rapid test gratis, Almira Shafa Dwinaya, mengungkapkan bahwa antrean di puskesmas tidak terlalu lama. Tidak sampai 30 menit, dia selesai menjalani rapid test. ’’Ngantrinya nggak seberapa. Saya sendiri tahu informasi ini dari grup UTBK dan internet. Karena belum pernah rapid sama sekali, ada rasa deg-degan. Takut kalau hasilnya tiba-tiba reaktif,’’ ujar alumnus SMAN 10 Surabaya itu.
Warga lain yang memanfaatkan rapid test gratis adalah Muhammad Taufiqurrahman. Dia diantar ibunya, Patmi, melakukan rapid test di Puskesmas Lontar, Sambikerep. Patmi mengatakan lega begitu anaknya selesai melakukan prosedur tes tanpa biaya.
Sebelumnya, Patmi khawatir jika buah hatinya tidak bisa dites cepat di puskesmas. Perempuan kelahiran Madiun itu menunjukkan sebuah kertas yang baginya sebagai penolong kemarin. ’’Nggak ada surat bantuan sosial tunai (BST, Red) Rp 600 ribu ini, anak saya nggak bisa tes di puskesmas. Tes di laboratorium atau rumah sakit mahal,’’ katanya saat ditemui di puskesmas.