Ingin Rekrut Ibu-Ibu Kompleks untuk Ubah Sampah Jadi Berkah
Berbekal konsumsi banyak sampah plastik, Estetia Mustika Shani bergerak. Dia mengajak belasan warung untuk mengumpulkan sampah saset atau bungkus plastik. Barang buangan yang semula tidak berharga itu pun disulap menjadi barang bernilai ekonomis.
EDI SUSILO, Jawa Pos
PULUHAN produk berbahan sampah plastik tertumpuk di ruang tamu keluarga Yudi Harsoyo di kompleks Griya Citra Asri RM 17/6, Sememi,
Jumat siang (3/7). Produk yang berupa tas, kotak tisu, gantungan kunci, taplak meja, tatakan piring, hingga hiasan dinding terlihat mengilap dengan warna mencolok.
Di setiap produk menggantung label kecil berbahan kardus dengan tulis tangan: osaqu. Menurut kreator produk-produk itu, osaqu berarti olahan sasetku. Sebuah nama produk yang diambil berdasar bahan dasar pembuatan nya. Saset makanan dan minuman instan.
’’Hampir semua barang di sini sudah dipesan,’’ ucap Estetia Mustika Shani, pemilik dan perancang osaqu. Mayoritas yang dipesan adalah tas wanita. Desain yang unik dan bisa menyesuaikan keinginan pelanggan membuat produk osaqu digemari.
Tia, sapaan akrab Estetia Mustika Shani, memulai membuat berbagai produk berbahan olahan saset plastik sejak Februari lalu. Tepatnya setelah mendapat tantangan dari Tunas Hijau membuat program lingkungan. Tia kini menjadi finalis Pangeran Putri Lingkungan Hidup 2020.
Dia memilih memanfaatkan plastik karena jenis sampah tersebut banyak dihasilkan di masyarakat. Dibuang begitu saja tanpa diolah. Plastik juga sulit terurai.
Pelajar kelas VIII-E SMPN 61 itu kemudian bergerak. Mulanya, dia mencari sampah saset plastik di rumah-rumah
Namun, lantaran sampahnya tidak banyak, dia kemudian berpindah ke warung kopi dan makanan.
Di tempat kedua itu, mimpi Tia memerangi sampah plastik dengan mengolahnya menjadi barang bernilai terwujud. Sampah plastik yang dihasilkan warung kopi serta makanan cukup banyak dan langsung dibuang ke bak sampah oleh pemiliknya.
PutribungsupasanganYudiHarsoyo danRilinNastutiitukemudianmelobi ke para pemilik warung di sekitar kompleks perumahannya. Tia memberikan tas kain pada setiap warung yang mau kerja sama mengumpulkan sampah. Setiap sampah saset plastik dimasukkan ketastersebut.Tigaharisekalisampah itu diambil Tia.
Senyum merekah ketika pemilik warungantusiasdengantawarannya. Namun,Tiaterkadangjugajengkel kepadapemilikwarungyangmenolak mentah-mentah. ’’Males mbak, sampahkokdikumpulno,’ ucapTia menirukan penolakan dari salah seorang pemilik warung.
Ada juga pemilik warung yang mau menerima tawaran mengumpulkan sampah, tetapi dengan syarat tegas. Kalau pengambilannya telat, sampah yang dikumpulkan langsung dibuang. Sebab, kata pemilik warung, sampah yang terkumpul akan jadi sarang tikus.
Kini sudah ada 12 warung kopi dan 6 warung makan yang sepakat mengumpulkan sampah. Mereka tersebar di sekitar Kelurahan Sememi. Jumlah sampah saset yang terkumpul juga cukup banyak.
’’Bisa 5‒6 kilogram per enam warung,’’ ucap remaja kelahiran 17 Juli 2007 tersebut.
Pemanfataan sampah saset untuk berbagai barang kerajinan sangat efektif dalam mengurangi sampah. Untuk membuat satu tas, misalnya, bisa membutuhkan ratusan sampah saset.
Satu tas bisa dibuat dengan 130‒200 bungkus dengan gabungan yang rapi dan padat. Kini, dari produksi yang dibuat, Tia telah mengubah 27. 976 saset dengan berat total 47 kilogram.
Selain mengerjakan sendiri bersama mama dan Erina, kakaknya, Tia bekerja sama dengan satu penjahit yang bisa memasok kain untuk bagian dalam beberapa produk tas. ’’Kain yang digunakan juga sisa. Jadi, kami benar-benar memanfaatkan limbah,’ ucapnya.
Kini Tia terus konsisten mengembangkan produk sampah saset itu. Setelah pandemi berakhir, dia ingin lebih banyak menggandeng warung, penjahit, serta ibu-ibu rumah tangga di sekitar kompleks.
’’Saya ingin ke depan banyak yang bisa ikut bergabung,’’ ucapnya. Tia optimistis produknya bisa menjadi lapangan pekerjaan baru setelah pandemi sebagai pemasukan ibu-ibu dalam membantu suaminya mencari nahkah. Agar dapur terus mengepul, ekonomi dari rumah-rumah harus dibangkitkan.