Bisa Beribadat di Pura meski Terbatas
SURABAYA, Jawa Pos – Suasana khidmat begitu terasa saat sebagian umat Hindu memasuki kawasan Pura Agung Jagat Karana. Kemarin (4/7) puluhan umat Hindu di Surabaya melakukan ibadat Piodalan dan Saraswati dengan menerapkan protokol kesehatan. Meski begitu, esensi ibadat yang dilakukan enam bulan sekali itu tidak berkurang.
Sebelum memasuki kawasan Utama Mandala, umat harus mencuci tangan dan melintasi bilik disinfektan. Kemudian, para pecalang memeriksa suhu tubuh dan memperbolehkan memasuki kawasan Utama Mandala. Upaya tersebut dilakukan untuk mencegah persebaran Covid-19.
Menurut Ketua Bidang Sosial Banjar Besar Pura Agung Jagat Karana Surabaya Ketut Arthana, protokol itu disampaikan jauhjauh hari melalui Buku Panduan Upacara Piodalan dan Saraswati. Buku panduan tersebut, kata dia, telah didistribusikan pada seluruh banjar di Surabaya. ’’Sesuai dengan anjuran pemerintah, sterilisasi penuh. Bahkan, ada yang pakai face shield,’’ katanya kemarin.
Ketut menjelaskan, buku panduan itu juga menyebut jumlah maksimal umat yang beribadat. Yakni, 50 orang yang didominasi pandita dan panitia upacara. Dalam buku tersebut, tertera pula panduan umat untuk beribadat di rumah masingmasing. ’’Kalau diperbolehkan semua, ya bisa sampai ribuan umat yang hadir. Makanya, ada pembatasan,’’ ungkapnya.
Mengantisipasi membeludaknya umat yang datang ke pura, panitia menyediakan ruang tunggu di kawasan Madya Mandala. Tersedia kursi dengan pembatasan jarak yang ditempatkan di Bale Agung Gong dan Bale Agung Suci agar tidak terjadi penumpukan di kawasan Utama Mandala. Meski, kawasan itu masih dapat menampung banyak umat. ’’Kami tidak menolak atau melarang ya. Hanya pembatasan. Buktinya, ada umat yang datang saat siang dan sore,’’ jelasnya.