Jawa Pos

AKHIR PERJALANAN SUPER DAN

Pensiun di Usia 36 Tahun

-

We knew this day would arrive, Heavy moment of our lives You pulled down the curtain gracefully You were king where we fought so proudly

Your final wave all four disappear Within the hush of silent tear.

LEE CHONG WEI Legenda bulu tangkis Malaysia

Tidak diragukan lagi, Lin adalah pemain terbaik di dunia dan kita harus angkat topi untuk perjalanan karirnya yang fantastis. Statistikn­ya mengunggul­i pemain mana pun. Dia tidak punya kelemahan dan tidak mungkin ditaklukka­n dalam kondisi terbaiknya.

PETER GADE Legenda bulu tangkis Denmark

Selamat memasuki masa pensiun, Idolaku!

SHI YU QI Pemain Tiongkok

Waktu umur masih anak-anak, pemula, remaja, sampai taruna, sampai dewasa. Yang ditonton di YouTube atau di kaset ya cuma tiga pemain aja. Lin Dan, Aa Opik (Taufik Hidayat, Red), sama Lee Chong Wei. Alhamdulil­lah pernah ngerasain semua lawan idola sendiri di lapangan. Bersyukur bisa empat kali lawan Lin Dan. Happy retirement my favorite player…

IHSAN MAULANA MUSTOFA Pemain Indonesia

BEIJING, Jawa Pos – ”Dari 2000 hingga 2020, 20 tahun sudah saya jalani. Sekarang saya harus mengucapka­n selamat tinggal kepada timnas Tiongkok. Ini benar-benar sulit dilakukan. Bahkan sulit dikatakan.”

Itulah pernyataan Lin Dan di media sosial Tiongkok, Weibo, yang dikutip kantor berita Xinhua. Ya, Super Dan, begitu pria yang berusia 36 tahun itu dijuluki, resmi mengakhiri karir kemarin. Setelah dua dekade yang gilang-gemilang, bergeliman­g puluhan gelar mayor. Termasuk, dua medali emas Olimpiade dan lima trofi kejuaraan dunia.

Tidak ada pemain lain yang gelarnya selengkap dia. Lin menjadi satu-satunya pemain yang mempertaha­nkan emas Olimpiade. Juga satu-satunya pebulu tangkis yang mengoleksi Super Grand Slam. Yakni, menjuarai delapan turnamen utama: Olimpiade, Kejuaraan Dunia, Piala Thomas, Piala Sudirman, Super Series Finals, All England, Asian Games, dan Kejuaraan Asia. Greatest of all time!

Lin sudah mengajukan pengundura­n diri beberapa hari sebelumnya ke asosiasi bulu tangkis Tiongkok (CBA). Kondisi fisik yang sudah tidak memungkink­an menjadi alasan utama dia memilih berhenti.

Dalam beberapa kali kesempatan, dia memang mengatakan masih berambisi mengikuti Olimpiade 2020. Itu dia rencanakan sebagai Olimpiade terakhirny­a. Namun, kita semua tahu, event empat tahunan tersebut ditunda hingga tahun depan, sementara fisiknya makin sulit diajak bekerja sama. Lin terpaksa mengubur impian itu.

”Aku sangat gembira dan bangga waktu masuk timnas Tiongkok pada 2000 itu,” kenang Lin. ”Keluargaku, pelatih, dan teman-teman setim selalu bersamaku mengarungi terang dan gelapnya karirku selama ini. Setiap lompatanku adalah ekspresi kehausan akan gelar. Aku telah mengikuti empat Olimpiade dan tidak pernah berpikir akan berhenti,” paparnya.

”Bertahanla­h, aku selalu bilang begitu ke diriku sendiri setiap kali aku merasa sakit. Kuharap karirku bisa lebih panjang,” tulis Lin lagi. ”Belakangan ini, daripada mengejar peringkat dunia seperti saat muda, aku hanya ingin menantang batasan fisikku sebagai atlet ’tua’ dan terus berlatih dalam semangat tak pernah menyerah. Tapi, kondisi fisik dan rasa sakit membuatku tak bisa lagi berjuang bersama teman-teman setim,” lanjut suami mantan juara dunia Xie Xingfang tersebut.

Lin mulai berlatih bulu tangkis pada usia lima tahun. Bakatnya yang luar biasa mengantar pria kelahiran Shanghang, Fujian, itu menjuarai kejurnas junior saat baru berumur 12 tahun. Dia ditemukan oleh divisi olahraga Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok dan masuk pelatnas enam tahun kemudian.

Debutnya di Olimpiade adalah Athena 2004. Sayang, cedera kaki membuatnya terhenti di babak pertama. Dan sisanya adalah sejarah. Lin membalasny­a di dua edisi berturut-turut, Beijing 2008 dan London 2012. Dua-duanya mengalahka­n Lee Chong Wei, sang seteru abadi. Baru pada 2016 dia menyerah di semifinal kepada Lee.

Mendekati akhir karir, meski bergelut dengan stamina dan cedera yang bergantian menghajar, Lin masih sangat perkasa. Kali terakhir dia merebut gelar Malaysia Open 2019. Lawannya di final, siapa lagi kalau bukan Lee. ”Kita tahu hari ini akan tiba. Momen berat dalam hidup kita,” tulis Lee, yang lebih dulu pensiun tahun lalu, di Twitter.

Lee menyebut Lin sebagai raja pertarunga­n. Legenda Malaysia itu memang kesulitan melawan Lin. Keduanya telah bertemu 40 kali. Lebih dari separo pertemuan, tepatnya 22 laga, berlangsun­g di final. Lin unggul dengan 28 kemenangan.

Ya, dalam kondisi terbaiknya, Lin memang sulit dihadapi siapa pun.

GREATEST OF ALL TIME:

Lin Dan saat merebut emas Olimpiade London 2012 (5/8/2012) dan ketika tampil di Malaysia Open 2019 (7/4/2019). Kemarin dia mengumumka­n pensiun dari timnas Tiongkok.

Hal itu diakui pemain Indonesia Tommy Sugiarto. ”Lin pemain yang sangat lengkap, dari speed, power, akurasi, dan mental bertanding,” ulasnya kepada Jawa Pos kemarin.

Salah satu momen paling mengesanka­n bagi Tommy adalah saat berhadapan dengan Lin di babak pertama Indonesia Open 2015. Kala itu Tommy sempat tertinggal di game pertama dengan 19-21. Tommy tancap gas dan berbalik menang 21-6, 21-16. Berpikir positif menjadi kunci suksesnya. ”Saya tidak mau menyerah,” ujar putraIcukS­ugiartoitu.(raf/c11/na)

 ?? JOHANNES EISELE/AFP ??
JOHANNES EISELE/AFP
 ??  ??
 ?? ADEK BERRY/AFP ??
ADEK BERRY/AFP

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia