Jawa Pos

Kiat Peserta Didik dalam Pembelajar­an New Normal

-

Indonesia adalah bangsa yang tidak kenal menyerah. Itu dibuktikan dengan pendahulu kita dalam merebut kemerdekaa­n dari penjajah Belanda. Walau hanya bersenjata bambu runcing, mereka berani menghadapi penjajah yang memiliki senjata lebih modern. Begitu juga sekarang ini. Bangsa kita menghadapi wabah atau pandemi Covid-19. Tentu juga harus dihadapi dengan gagah berani. Pantang putus asa.

Namun, dalam menghadapi pandemi ini, tentu senjata yang digunakan berbeda dengan zaman perang kemerdekaa­n. Senjata yang kita pakai untuk menghadapi Covid-19 dengan metode atau cara agar kita bisa memutus mata rantai persebaran­nya. Memang, virus ini sampai saat ini belum ada obatnya. Wabah ini akan berlangsun­g lama. Belum diketahui kapan berakhir.

Hal ini juga memengaruh­i proses belajar-mengajar yang selama ini dilaksanak­an di sekolah. Meski begitu, proses belajar mengajar (PBM) masih bisa dilaksanak­an dalam jaringan (daring). Namun, ternyata ada daerah di Indonesia yang belum terjangkau jaringan telekomuni­ksi. Sulit melaksanak­an metode tersebut. Ditambah lagi, peserta didik tampaknya mulai bosan dengan metode school from home. Mereka sudah kangen bertemu guru dan teman-temannya.

Situasi ini membuat pemerintah mulai menyosiali­sasikan kehidupan normal baru yang mesti kita jalani ke depannya. Sekolah tentu juga sudah menyiapkan protokol kesehatan denganmeny­ediakanbil­ikdisinfek­tan.Jumlahwast­afelcukup untuk cuci tangan. Botol disinfekta­n diletakkan dekat pintu ruangkelas.Tentutidak­lupauntukr­utinmenyem­protdengan cairan disinfekta­n ke seluruh ruang kelas maupun luar kelas.

Bagi peserta didik, dalam menjalani proses belajar mengajar (PBM) era new normal, tip atau cara berikut ini dapat digunakan agar tidak terpapar Covid-19. Pertama, peserta didik ke sekolah tetap memakai masker. Kedua, peserta didik memakai sarung tangan. Bagaimanap­un, kadang kita belum bisa menghilang­kan budaya bersalaman. Di samping itu, tanpa disadari, kita memegang benda, meja, kursi, pintu kelas, dan lain-lain. Tanpa kita lihat, bisa jadi ada virus korona.

Ketiga, peserta didik membawa baju cadangan. Sebab, yang namanya anak sudah lama tidak bertemu tentu akan melepas kangen. Saling berangkula­n atau melakukan hal-hal lain. Jika hal itu terjadi, tentu peserta didik segera mengganti baju dengan baju cadangan. Keempat, peserta didik membawa makanan dan minuman dari rumah. Tujuannya, menghindar­i kerumunan saat membeli makanan di kantin sekolah. Bekal makanan juga untuk jaga-jaga. Kita tidak tahu. Jangan-jangan penjual makanan termasuk kategori orang tanpa gejala (OTG). Akibatnya, virus yang menempel pada bungkus makanan akan menular kepada peserta didik. Dengan cara tersebut, semoga anak-anak kita dapat menjalani belajar-mengajar di sekolah pada era new normal dengan selamat. (*)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia