Tragedi Ganda PPDS RSUD dr Soetomo
SATU lagi calon dokter spesialis gugur di RSUD dr Soetomo. Putri adalah dokter kedua peserta PPDS (program pendidikan dokter spesialis) yang gugur karena Covid-19, setelah dokter Miftah. Sampai kemarin (6/7), sudah 64 dokter PPDS RSUD dr Soetomo yang terinfeksi Covid-19. Kami mendapatkan data 60 di antaranya.
Angka-angka itu punya nama, yakni para dokter. Mereka berstatus mahasiswa, belajar di rumah sakit (RS) pendidikan milik Pemprov Jatim itu. Ini merupakan kewajiban kedua pihak. Para peserta PPDS berkewajiban belajar langsung untuk mendapatkan spesialisasi, sedangkan rumah sakit pemerintah itu diberi tugas melayani mereka.
Sejauh ini, di antara RS-RS pendidikan, baru di RSUD dr Soetomo terdengar kabar gugurnya dokter PPDS. Duh, dua pula! Kalau selama ini kita mendengar para dokter gugur dalam menangani Covid-19, kebanyakan itu dokter senior. Bukan yang masih belajar seperti PPDS ini. Tentunya perlu koreksi yang jujur dan terukur agar gugurnya para petugas medis ini bisa dihindari. Apalagi, perang Covid-19 belum kelihatan ujungnya.
Akan menjadi tragedi ganda apabila pengorbanan ini dikecilkan. Pernyataan yang berbau
ngeles, bahwa dokter PPDS itu wafat tak menangani Covid-19, terasa janggal. Kalau tidak menangani, mengapa dokter PPDS yang gugur pertama bisa diberi santunan dari Kemenkes? Bukankah syarat pencairan santunan itu karena menangani Covid-19?
Kejujuran perlu (dalam situasi pandemi sekalipun). Semestinya di tengah tragedi ini, perlu evaluasi sistemis. Jangan gampang menyalahkan dokter PPDS, seperti dianggap kurang disiplin dalam memakai APD (alat pelindung diri). Kalau sampai itu terjadi dan hingga puluhan yang terinfeksi, bukankah itu berarti manajemen pengendaliannya buruk. Malah dari info yang didapatkan, sebenarnya yang terjadi adalah ’’pelit” APD dalam sif kerja yang panjang. Tapi, yang disalahkan malah yang terinfeksi. Tragedi berganda lagi.
Begitu pun jumlah yang terpapar terkesan ditutup-tutupi. Diakui 10 nama, padahal beredar 41 nama. Kini entah berapa yang diakui, ketika yang terinfeksi sudah mencapai angka 60-an. Itu jumlah yang besar di antara peserta PPDS sekitar 1.800 orang karena menunjukkan kurang
prudent-nya manajemen keselamatan. Dan, ketika ada yang terinfeksi, berarti berkurang tenaga di benteng rumah sakit (saat pasien terus membanjir). Mereka harus menjalani karantina setidaknya 14 hari. Belum lagi kalau menulari ke mana-mana.
Rasanya, Gubernur Khofifah Indar Parawansa perlu melakukan evaluasi lebih serius terhadap manajemen RSUD dr Soetomo. Agar lebih prudent. Dan, jangan ada dusta di antara duka.