Jawa Pos

Sehatnya Usaha Jamu di Tengah Pandemi

-

SURABAYA, Jawa Pos – Dulu jamu kerap dijajakan keliling oleh bakul jamu gendong. Biasa diminum saat tubuh terasa kurang fit atau untuk menjaga kebugaran. Kini minuman tradisiona­l itu kian naik pamor. Banyak dicari untuk menjaga imunitas. Di tengah pandemi saat ini, jamu justru menjadi peluang usaha yang melejit dan diincar banyak orang.

Hal itu menjadi bahan diskusi dalam Ngobrol Online Inspiratif (Ngopi) yang diselengga­rakan Bank Indonesia Wilayah

Jatim kemarin (8/7). Di era modern, jamu yang sebelumnya dianggap minuman kuno bisa ditampilka­n secara kekinian.

”Kunci utama adalah cara pengemasan yang menarik. Dan jangan lupa, jamu yang paling bagus itu racikan sendiri,” tutur Jony Yuwono, owner Acaraki Cafe, yang jadi salah seorang pembicara kemarin. Kedua, utamakan kualitas bahan. ”Tidak boleh ada campuran bahan kimia. Jamu dibuat dari bahan segar murni organik,” jelasnya.

Istilah jamu disebut berasal dari kata jampi dan oesodo yang berarti doa kesehatan. Kini cita rasa jamu juga dibuat lebih bisa diterima semua kalangan. Racikan rempah-rempah dibuat bervariasi. Owner Suwe Ora Jamu Nova Dewi Setiabudi yang juga jadi pengisi Ngopi kemarin menyatakan, usaha berjualan jamu sangat potensial di masa Covid-19.

Banyak masyarakat yang mulai menerima minuman tradisiona­l tersebut. Terutama generasi milenial. ”Mindset jamu itu kan pahit kalau diminum. Tapi, itu bisa dihilangka­n. Agar bisa diterima semua kalangan. Dan, ini bisa jadi business value yang bagus,” terangnya.

Selain kemasan produk yang menarik, pelaku bisnis baru bisa menghadirk­an jamu dalam kedai. Layaknya kedai kopi atau kafe dengan tujuan lebih familier dan diterima masyarakat di era serba kekinian. ”Setiap pelaku bisnis yang ingin memulai usaha harus bisa berinovasi dan terus memunculka­n ide kreatif,” tuturnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia