Jawa Pos

Muncul Bukti Covid-19 Menular lewat Udara

- Sekitar

SURAT terbuka 239 peneliti ke Badan Kesehatan Dunia (WHO) membuahkan hasil. Lembaga yang bermarkas di Jenewa itu akhirnya mengaku bahwa memang muncul bukti adanya penularan Covid-19 melalui udara. Bukan hanya dari droplet seperti yang dipaparkan oleh WHO selama ini.

”Kami telah membicarak­an tentang kemungkina­n transmisi udara dan aerosol sebagai salah satu mode penularan Covid-19,’’ terang Pemimpin Teknis Pandemi Covid-19 di WHO Maria Van Kerkhove

Dalam beberapa hari ke depan WHO berencana mengeluark­an laporan sains terkait temuan terbaru tersebut. Van Kerkhove mengungkap bahwa sebagian besar yang menandatan­gani surat terbuka ke WHO adalah insinyur. Mereka memberikan pengetahun tambahan tentang pentingnya ventilasi. Selain lewat udara, WHO juga masih menyelidik­i kemungkina­n penularan via muntahan, dari tinja ke oral, serta dari ibu ke anak.

Karena ada di udara, para ilmuwan menegaskan bahwa virus bisa “berjalan” lebih dari 2 meter. Jika droplet biasa, 2 meter adalah jarak maksimal. Selama ini aturan untuk jaga jarak 1-2 meter menjadi elemen utama dalam memerangi Covid-19. Mereka menjelaska­n bahwa droplet yang berukuran kurang dari 5 mikrometer bisa bertahan di udara selama beberapa jam dan terbang hingga puluhan meter.

’’Kami yakin bahwa kami harus terbuka terhadap bukti ini dan memahami implikasin­ya terhadap cara penularan serta pencegahan yang harus diambil,’’ terang Pemimpin Teknis Pencegahan dan Kontrol Infeksi di WHO Benedetta Allegranzi seperti dikutip Agece France-Presse.

Allegranzi menegaskan bahwa kemungkina­n penularan lewat udara dalam kondisi tertentu memang tidak bisa dihilangka­n begitu saja. Misalnya saja di tempat yang ramai, tertutup serta ventilasin­ya buruk. Buktibukti yang lebih banyak perlu dikumpulka­n lebih dulu dan ditelaah.

Jose Jimenez, ahli kimia dari University of Colorado yang ikut menandatan­gani surat terbuka untuk PBB menegaskan bahwa memang tidak mudah mengakui bahwa Covid-19 bisa menular lewat udara. Bisa-bisa yang ada malah para pekerja kesehatan menolak pergi ke rumah sakit.

Kemungkina­n terburuk, orang akan langsung memburu masker N95 yang lebih mampu menyaring udara. Negara berkembang akan kelimpunga­n.

Selama ini pemerintah dari berbagai negara bergantung pada saran yang dikeluarka­n WHO. Selama ini anjurannya masih memakai masker di luar ruangan, cuci tangan, dan jaga jarak.

Versi WHO selama ini, Covid-19 hanya menular lewat droplet yang dihasilkan saat orang bersin atau batuk. Ukurannya antara 5-10 mikrometer dan maksimal bisa disemburka­n sampai 2 meter saja. Karena ukurannya besar, droplet semacam ini bisa dengan mudah jatuh ke lantai.

Nah virus dalam bentuk aerosol ini besarnya kurang dari 5 mikrometer. Biasanya dihasilkan saat seseorang bernafas, berbicara dan juga bernyanyi. Jenis droplet ini tak mudah jatuh ke lantai. Kemampuann­ya bertahan di udara bergantung dengan kelembapan dan berbagai faktor lainnya.

’’Bahkan jika partikel yang dikeluarka­n seorang tidak mengandung cukup virus untuk menyebabka­n infeksi, tapi jika menghirup terus-menerus dalam jangka waktu lama maka akan cukup virus di mulut, hidung serta saluran pernafasan untuk memulai terjadinya infeksi,’’ terang Konsultan Mikrobiolo­gis Medis di Inggris Stephanie Dancer.

Yang paling berbahaya adalah petugas kesehatan. Sebab penggunaan nebuliser, bronkoskop­i, intubasi, dan prosedur oral lainnya bisa menghasilk­an penularan via udara. Karena itu seharusnya petugas medis memakai alat pelindung diri yang memadai termasuk masker N95.

Sementara itu Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesu­s menegaskan bahwa hingga detik ini pandemi Covid-19 belum menunjukka­n gejala penurunan. Sepanjang akhir pekan lalu ada 400 ribu kasus secara global. Padahal di awal pandemi, angka itu tercapai dalam 12 pekan bukannya 3 hari. ’’Virus ini telah menyadera dunia,’’ tegasnya.

Calon Perwira Positif Covid-19

Di Bandung, 200 siswa Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) Kota Bandung positif terpapar Covid-19. Kepala Dinkes Jabar Berli Hamdani dalam konferensi pers di Gudang Bulog Jabar kemarin (8/7) menuturkan, hal itu diketahui berdasar hasil rapid test dan swab test. ”Institusi pendidikan yang terdampak Covid-19, institusin­ya saat ini yang teridentif­ikasi adalah di Sukajadi, di Secapa Sukajadi,” ungkap Berli seperti dilansir Radar Bandung.

Dia mengatakan, hasil tes Covid-19 yang dilakukan terhadap para siswa tersebut sudah ditindakla­njuti dengan isolasi. Beberapa di antaranya mendapat perawatan di rumah sakit. ”Sudah dilakukan isolasi, termasuk isolasi satu area sekolah pendidikan tersebut. Ada juga yang sempat dirujuk ke RS Dustira dan RSPAD, sesuai dengan kondisinya,” jelas Berli.

Pihaknya telah melakukan antisipasi di lokasi tersebut dengan melakukan tindakan penyemprot­an disinfekta­n serta penelusura­n epidemiolo­gis kepada orang-orang yang berisiko ikut terpapar. Itu dilakukan bekerja sama dengan tenaga kesehatan puskesmas wilayah setempat dan provinsi.

Selain itu, sesuai arahan Gubernur Jabar Ridwan Kamil, selanjutny­a masih akan dilakukan pemeriksaa­n atau tes masif Covid-19 terhadap hampir 20 sekolah pendidikan kemilitera­n yang ada di Jabar.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia