Jawa Pos

Covid-19: Vaksin atau Disiplin

- MUHAMMAD ANAS *) (*)

PADA 29 Juni 2020 kita saksikan wali kota Surabaya secara dramatis bersujud dan minta maaf di balai kota yang viral di berbagai media. Saat itu wali kota beraudiens­i dengan pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya dan Tim Pinere RSUD dr Soetomo (RSDS) Surabaya ketika memaparkan penyebab kematian pasien Covid-19 di Surabaya yang tinggi.

Kasus Covid-19 di Pulau Jawa berkontrib­usi 56 persen terhadap kejadian di Indonesia. Sesuai data yang dirilis situs covid19.go.id pada 1 Juli 2020, penyumbang terbesar adalah Jawa Timur (Jatim). Di Jatim, Surabaya merupakan tandon yang besar dengan jumlah 5.971 dari total 12.231 (48,8 persen). Dari total jumlah penduduk Surabaya sekitar 2,9 juta, kasus yang terdampak di Surabaya sebesar 5.414/54.010 (10 persen) dari kasus Covid-19 secara nasional. Angka kesembuhan di Surabaya lebih rendah, yakni sekitar 38 persen dibanding angka kesembuhan nasional yang sebesar 43 persen atau selisih 5 persen.

Tingkat kematian di Surabaya 7,7 persen, jauh lebih tinggi jika dibandingk­an dengan angka kematian nasional yang hanya 5,1 persen atau lebih besar 2,6 persen. Kematian secara nasional terutama terjadi pada kelompok usia 45–59 tahun sebesar 39,5 persen dan kelompok umur 60 tahun ke atas sebesar 42,7 persen. Terutama dengan komorbid hipertensi (13,2 persen), diabetes melitus (11,6 persen), dan jantung (7,8 persen).

Ketua PMI Jusuf Kalla saat kunjungan kerja pada 17 Juni 2020 meminta warga Surabaya disiplin karena tidak tertutup kemungkina­n akan menyalip kasus DKI Jakarta. Tidak lama berselang, terjadi peningkata­n kasus di Surabaya melebihi DKI. Yang menarik, pemerintah pusat menaruh perhatian sehingga Presiden Jokowi turun langsung ke Surabaya dan berpesan untuk mengendali­kan Covid-19 dalam dua pekan. Menkes Terawan juga ikut turun gunung untuk memberikan support kepada Jatim, khususnya Surabaya, agar penanggula­ngan Covid-19 segera terlaksana dengan lebih baik. Karena vaksin saat ini belum ditemukan, cara terbaik untuk bisa menurunkan angka pertumbuha­n kasus positif Covid-19 adalah disiplin pada penegakan protokol kesehatan. Angka penularan kasus Covid-19

(R0) sebesar 4 (Wikipedia, 1 Juli 2020). Saat ini nilai reproduksi­nya (Rt) sudah banyak penurunan walaupun masih lebih dari 1 di Jatim. Setelah PSBB berakhir 8 Juni 2020, dalam beberapa hari saja sempat di bawah nol, tetapi batas atas masih lebih dari 1. Artinya, kondisi tersebut masih bisa menularkan Covid-19 sehingga masih ada individu-individu baru yang akan terkena Covid-19 (thebonza, 1 Juli 2020).

Bila penularan kasus tidak terkendali, kasus Covid-19 yang terkategor­i berat sekitar 10 persen sehingga kejadian kasus berat di Surabaya kurang lebih 289.620 jiwa. Dan yang membutuhka­n ventilator sekitar 5 persen sehingga kebutuhan ventilator sejumlah 144.810 buah. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyampaik­an, untuk penanggula­ngan Covid-19, sudah memberikan bantuan berupa ventilator sebanyak 40 unit ke 20 rumah sakit (RS) rujukan Covid-19. Populasi ventilator akhirnya menjadi 162 unit, meningkat enam kali lipat sebelum Maret 2020. Menilik data tersebut, ruang perawatan dan ventilator jauh dari kecukupan.

Di Surabaya ada 20 RS rujukan Covid-19 yang ditetapkan pemda. Jumlah tempat tidur di RS tersebut ada 455 unit dalam ruang bertekanan negatif dan 300 tempat tidur dengan exhaust fan. Dan di-back up 359 tempat tidur di Asrama Haji Surabaya. Total tempat tidur yang tersedia ada 1.114, jauh dari kecukupan dari prediksi kasus yang akan ditimbulka­n. Ketua Tim Pinere (Penyakit Infeksi Emerging dan Reemerging) RSUD dr Soedarsono Pasuruan memaparkan penyebab kematian pasien Covid-19 di Surabaya yang tinggi karena pasien tak mendapat kamar di RSDS.

Dalam penanggula­ngan Covid-19, sampai saat ini belum dapat dipastikan proses kejadian penyakit (patogenesi­s) dengan virulensi yang tinggi dan persebaran yang mudah secara droplet-airborne (lewat udara). Maka, pengobatan penyakit masih belum establish. Begitu juga upaya pencegahan dengan vaksinasi, tidak mungkin, karena belum ditemukan vaksin. Tajuk Jawa Pos 3 Juli 2020 ”Indonesia Butuh 352 Juta Dosis Vaksin” senilai Rp 26,4 triliun dengan kondisi barang belum tersedia. Sehingga upaya penanggula­ngan yang paling baik dengan cara promotif dan preventif, dibarengi surveilans untuk memitigasi dan mentracing kasus yang ada, siapa saja yang pernah kontak dengan orang yang menderita Covid-19.

Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PWM Jatim yang melakukan survei pada pelanggan RS Muhammadiy­ah Aisyiyah Jatim dengan kebijakan kesehatan terhadap Covid-19 mendapatka­n 74,9 persen peserta berpendidi­kan sarjana. Ada fakta yang menarik bahwa 2/1.335 (0,1 persen) responden sarjana tidak percaya adanya korona. Sejumlah responden 46/1.335 (3,4 persen) menganggap Covid-19 hanya penyakit flu biasa. Artinya, tingkat awareness masyarakat Jatim masih perlu ditingkatk­an (pwmu. co, 20 Juni 2020).

PSBB Surabaya Raya berakhir 8 Juni 2020. Saat PSBB selesai, pergerakan manusia kembali meningkat. Tim FKM Unair merespons dengan melakukan survei terhadap kepatuhan protokol pencegahan Covid-19 dengan hasil masyarakat yang bermasker di tempat ibadah 30 persen, pasar tradisiona­l 16 persen, tempat nongkrong 12 persen, dan warung cangkrukan 12 persen; sedangkan kepatuhan terhadap physical distancing di tempat ibadah 16 persen, pasar tradisiona­l 11 persen, dan warung kopi 11 persen. Hasil tersebut menunjukka­n bahwa perilaku yang diharapkan belum terbentuk di masyarakat.

Survei yang dilakukan tim Universita­s Muhammadiy­ah Surabaya di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo mendapatka­n status pekerjaan responden tidak terdistrib­usi merata. Sebagian besar pelajar/mahasiswa, guru/dosen, dan pegawai swasta dengan tingkat kesadaran yang baik 94 persen, tingkat kedisiplin­an sekitar 89 persen, hanya saja tidak dibarengi inisiatif/usaha pencegahan tinggi sekitar 55 persen saja separo dari responden.

Menilik realitas tersebut, juga hasil survei tiga lembaga dengan hasil saling memperkuat, para pemangku kepentinga­n di Jatim, khususnya di Surabaya, masih harus berusaha keras untuk mengupayak­an sosialisas­i, advokasi, dan memberikan contoh langsung berupa perilaku disiplin terhadap protokol pencegahan Covid-19. Disiplin melaksanak­an protokol pencegahan Covid-19 merupakan pilihan yang paling baik dan bijak saat ini. Dengan cuci tangan menggunaka­n air mengalir dan sabun, jaga jarak, serta selalu mengenakan masker bila keluar rumah. Kata kuncinya: disiplin! *) Wakil dekan dan dosen Fakultas Kedokteran Universita­s Muhammadiy­ah Surabaya

Disiplin melaksanak­an protokol pencegahan Covid-19 merupakan pilihan yang paling bijak. Dengan

cuci tangan, jaga jarak, serta selalu mengenakan masker bila keluar rumah.

Kata kuncinya: disiplin!”

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia