Jawa Pos

Satu Per Satu Bakat Dipantau, lalu Anak Diminta Menekuni

Setiap anak berkebutuh­an khusus (ABK) memiliki bakat yang tidak terduga. Di Convention Hall (CH) Kuliner bakat mereka digembleng. Relawan dari pemusik profesiona­l melatih mereka untuk mendirikan grup band.

- GALIH ADI PRASETYO, Jawa Pos

JEMARI Tegar M. Ramadhan begitu lihai memainkan tuts keyboard. Tidak pernah meleset dari nada yang hendak dimainkan. Meskipun, dia tergolong berkebutuh­an khusus. Tegar adalah penyandang tunagrahit­a.

Tegar bersama empat teman lainnya tampak kompak memainkan lagu milik salah satu band D’Masiv. Lagu Jangan Menyerah menjadi favorit mereka saat unjuk kebolehan di depan para pengunjung Sentra Wisata Kuliner (SWK) CH Kuliner di Jalan Arief

Rahman Hakim. ”Paling senang kalau main lagu ini,” ujar Tegar.

Layaknya band yang sudah memiliki jam terbang tinggi, mereka fasih di masing-masing alat itu. Mulai drum, bas, keyboard, hingga dua orang menjadi vokalis. Tidak ada raut tegang. Apa yang mereka mainkan benar-benar dinikmati.

Sudah empat pekan ABK itu berlatih musik di CH Kuliner. Mereka memang difasilita­si untuk berlatih di sana

Selain tempat yang memadai, juga melatih kepercayaa­n diri mereka untuk tampil di depan umum.

Salah seorang inisiatorn­ya adalah Andy ”Elektrik” Setiawan. Dia merupakan patriot Kelompok Pemusik Jalanan (KPJ). Kemampuann­ya bermain musik tidak diragukan lagi. ”Saya melihat banyak ABK memiliki kemampuan yang luar biasa. Sayangnya, belum ada tempat khusus yang mewadahi mereka,” katanya.

Kemudian, dia mengganden­g musisi KPJ yang lain, Gigih M. Ramadhan dan Eko Purnomo. Bersama-sama mereka memiliki keinginan untuk memberikan ruang khusus bagi ABK.

Gigih adalah ayah Tegar. Selama ini dia melatih sendiri anaknya di rumah. Lambat laun banyak teman Tegar yang ikut serta latihan. ”Tapi, kalau di rumah, terlalu sempit. Anak-anak terkadang tidak nyaman,” ujarnya.

Di sisi lain, banyak ABK yang terbelengg­u dengan kekurangan­nya. Orang tua belum mampu mengarahka­n potensi mereka. Nah, di sini satu per satu bakatnya dilirik. Apa yang paling cocok, itu yang bakal ditekuni.

Akhirnya, mereka mencari tempat alternatif lain untuk mendirikan sekolah khusus bagi ABK. Andi yang juga koordinato­r

CH Kuliner berinisiat­if memanfaatk­an panggung di SWK tersebut. ”Dinas Koperasi dan UMKM Surabaya serta pedagang di sini juga support penuh. Mereka senang karena ada hiburan,” ujar pedagang Tahu Tek itu.

Dia menyatakan bahwa band anak-anak itu turut menjadi hiburan tambahan bagi pengunjung. Mereka menjadi betah. Juga kagum pada kemampuan anak-anak tersebut. Tidak sedikit yang mengangkat HP-nya untuk merekam kegiatan latihan anak-anak ABK itu.

Pembinaan yang dilakukan bukan ala kadarnya. Andi dan Gigih mengganden­g musisi profesiona­l untuk jadi relawan. Mengajari anakanak sampai fasih dan bisa menjadi musisi berbakat.

Andi menyebut konsep yang diusung ialah memberikan keleluasaa­n bagi ABK. Tidak perlu khawatir soal bayar. Sebab, mereka sudah didukung penuh oleh musisi-musisi itu.

Salah seorang relawan itu adalah Pradipta Nur Insani. Dia khusus membimbing untuk mengoperas­ikan bas. Sudah tiga pekan dia membimbing ABK di sana. ”Bakatnya ada. Antusias banget waktu diajari. Karena keingintah­uan mereka tinggi, jadi mudah diarahkan,” ujar basis grup band Royal Rhapsody itu.

Hal yang sama diungkapka­n anak bimbingnya, M. Yugo Dwi Setyo. Bocah kelas IV SD itu sejak awal tertarik pada bas dan drum. Di band tersebut dia digembleng untuk bisa menguasai bas. ”Ingin bisa jago main bas,” ungkap Yugo.

Gigih mengatakan, kelas musik untuk ABK itu terbuka bagi siapa saja. Bukan hanya untuk mereka yang berasal dari Surabaya, melainkan juga luar kota. Misalnya, pada Minggu (12/7), ada ABK yang berasal dari Sidoarjo dan Gresik.

Sementara itu, waktu latihan berlangsun­g pada Minggu. Mulai pukul 15.00 hingga 17.00. ”Selepas latihan, anak-anak dibebaskan untuk main sesukanya,” katanya.

Band yang dibentuk pun akan diregenera­si terus. Setelah satu grup dinilai baik, mereka akan dibebaskan untuk melanjutka­n band itu. Misalnya, ingin manggung dan lainnya. Atau, lebih serius berkiprah di musik.

Kemudian, akan dibentuk kelompok baru lagi. Dilatih sampai bisa dan dinilai siap. ”Kami bebaskan mereka mau jadi seperti apa setelah bandnya matang nanti. Dapur rekaman pun sudah kami siapkan,” jelas Gigih.

Musik bukan satu-satunya fasilitas di kursus CH Kuliner itu. Ke depan berbagai bakat ABK bakal difasilita­si. ”Kami sudah ada relawan seni, mulai lukis hingga seni untuk bergabung. Apa pun bakatnya bisa di sini nanti,” ujar Andy.

 ?? GALIH ADI PRASETYO/JAWA POS ?? BERLATIH DI PANGGUNG: Anak berkebutuh­an khusus serius bermain alat musik di Convention Hall Kuliner. Mereka juga dilatih oleh pemain band profesiona­l.
GALIH ADI PRASETYO/JAWA POS BERLATIH DI PANGGUNG: Anak berkebutuh­an khusus serius bermain alat musik di Convention Hall Kuliner. Mereka juga dilatih oleh pemain band profesiona­l.
 ?? GALIH ADI PRASETYO/JAWA POS ?? TERLATIH: Tegar M. Ramadhan sedang bermain keyboard di Convention Hall Kuliner.
GALIH ADI PRASETYO/JAWA POS TERLATIH: Tegar M. Ramadhan sedang bermain keyboard di Convention Hall Kuliner.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia