Ancaman Covid-19 Melalui Mata
CORONOVIRUS Disease 2019 (Covid-19) menjadi pandemi yang kita hadapi saat ini. Penyakit tersebut disebabkan highly transmissible severe acute respiratoty syndrome coronavirus 2 (SARS-COV-2). Kali pertama wabah diketahui muncul di Wuhan, Tiongkok, pada akhir 2019. Covid-19 tergolong virus korona baru. Penelitian menunjukkan bahwa infeksi virus tersebut mengakibatkan gangguan sistem tubuh berupa peradangan di seluruh tubuh.
Penularan Covid-19 masih berlangsung. Kasus terus bertambah. Tercatat sudah melanda 216 negara. Data terakhir (16/7/2020) menyebutkan ada 13.662.169 kasus di seluruh dunia. Di Indonesia, terjadi 1.574 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam pada Kamis (16/7). Jadi, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 81.668 kasus. Angka itu akan semakin bertambah hingga mendekati jumlah kasus di Tiongkok, yaitu 83.661 kasus.
Hal menarik dan penting untuk diketahui dan dipahami adalah Covid-19 merupakan penyakit seribu wajah. Memiliki berbagai manifestasi. Kebanyakan dari kita menyadarinya hanya sebatas gejala batuk dan demam. Padahal, Covid-19 ternyata dapat bermanifes pada mata. Penularan virusnya pun dapat melalui permukaan mata.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sejatinya penularan Covid-19 dapat melalui beberapa proses. Termasuk melalui kontak, droplet atau tetesan, fomite, fecal-oral, darah, ibu ke anak, bahkan penularan dari hewan ke manusia. Yang terbaru ditemukan melalui udara.
Droplet atau tetesan seperti air liur dan sekresi pernapasan yang mengandung virus bisa masuk ke tubuh manusia melalui mulut, hidung, dan mata. Akibatnya, infeksi. Droplet yang masuk ke mata akan bercampur dengan air mata. Dibawa sistem tubuh ke saluran yang menghubungkan mata dengan hidung. Sebagian akan bercampur sekret hidung dan masuk ke tenggorokan. Kemudian, berujung masuk ke saluran pernapasan.
Karena virus dapat melalui permukaan mata, air mata dan sekret mata dapat diambil untuk menjadi spesimen dalam pemeriksaan RT-PCR. Namun, menurut Mahayana dalam jurnalnya, deteksi SARS COV-2 dalam spesimen dari mata memiliki sensitivitas yang rendah. Hanya 2,9 persen. Jadi, hal itu tidak dapat menjadi patokan. Dalam studi Zhang pada 72 pasien Covid-19 terkonfirmasi RT-PCR, hanya satu dengan swab pada mata positif Covid-19.
Sejatinya manifestasi Covid-19 dapat berbagai macam. Di antaranya, gangguan pernapasan, sistem pencernaan (diare dan mual-muntah), gangguan fungsi hati, jantung, kerusakan pembuluh darah, dan konjungtivitis. Penyakit konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, yaitu selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata.
Menurut data di Provinsi Hubei, Tiongkok, terdapat 12 dari 38 (31,6 persen) pasien Covid-19 yang mengalami keluhan pada mata. Mata merah, berair, bengkak, dan meningkatnya sekret. Di Wuhan, terdapat 8 dari 121 (6,6 persen) pasien Covid-19 mengalami keluhan mata merah, gatal, berair, keluar sekret, dan sensasi benda asing.
Walaupun risiko infeksi mata rendah, transmisi Covid-19 pada permukaan mata tidak dapat ditolak. Droplet yang mengandung virus dapat dengan mudah mencemari permukaan mata. Karena itu, diperlukan berbagai pencegahan. Pencegahan dapat dimulai dengan tetap menerapkan physical distancing. Tetap berada di rumah dan menjaga kebersihan dengan mencuci tangan teratur.
Penularan melalui mata dapat dihindari juga dengan mengurangi menyentuh wajah. Terutama mata dan hidung. Menghindari penggunaan lensa kontak dan kosmetik mata selama pandemi. Selain itu, penggunaan kacamata maupun face shield sangat penting. Satu langkah kecil yang kita lakukan mampu melindungi mata dari penularan Covid-19.