Pokoknya Saya Berhenti, Balik ke Kegiatan Sosial dan Bisnis Saja
Berbekal surat dukungan dari seluruh pimpinan anak cabang, PDIP Solo mengajukan nama Achmad Purnomo berpasangan dengan Teguh Prakosa ke DPP. Bagaimana kalau kelak diminta membantu tim pemenangan Gibran-Teguh? ”Apa mereka berani minta bantuan ke saya,” katanya.
WAJAH Achmad Purnomo semringah. Mengenakan baju putih dan celana hitam, bakal calon wali kota Solo itu tampak duduk di kursi pesawat. ”Mendampingi panggilan ke istana .... Tebak-tebak buah manggis buat bp Achmad Purnomo. Kira2 pulang bawa apa ya???” tulis akun Facebook M. Farid Sunarto.
Pemilik akun tak lain adalah koordinator Purnomo Center, tim sukses Achmad Purnomo J
Pada unggahan Kamis pekan lalu (16/7) itu Farid tampak bersama Purnomo dalam perjalanan dari Bandara Internasional Adi Soemarmo, Solo, menuju Jakarta.
Foto yang diunggah tersebut langsung dibanjiri komentar. Mayoritas mendoakan agar Purnomo mendapat kepastian rekomendasi DPP PDIP.
Sorenya Farid kembali mengunggah foto berdua dalam pesawat. Diketahui mereka tengah melakukan perjalanan pulang ke Solo.
”Balik solo. Mau ngasih judul foto ini koq susah amat ya... Baiknya kasih judul apaan? .... ” tulisnya dalam keterangan foto.
Ratusan komentar kembali membanjir. Namun, beda dengan unggahan pertama, komentar kali ini lebih memberikan semangat dan dukungan moral kepada Purnomo.
Memang, sejak siang linimasa masyarakat Kota Bengawan sudah dihiasi dengan bocoran rekomendasi DPP PDIP. Bukan nama Achmad Purnomo yang keluar, melainkan Gibran Rakabuming Raka, putra sulung
Presiden Joko Widodo (Jokowi).
”Iya begitu (rekomendasi turun ke Gibran, Red). Saya tadi diberi tahu Pak Jokowi ,” kata Purnomo kepada Jawa Pos Radar Solo kala itu.
Hanya dalam hitungan jam setelah DPP PDIP mengeluarkan rekomendasi untuk Gibran sebagai bakal calon wali kota Surakarta, tanda pagar (tagar) #PurnomoKorbanPolitikDinasti menjadi trending di Twitter.
Meski belum resmi dibacakan DPP PDIP, perasaan campur aduk menyelimuti pria yang masih menjabat wakil wali kota Surakarta itu. Dia menerima keputusan tersebut, namun masih tak habis pikir kenapa rekomendasi tidak jatuh kepadanya.
Pria 71 tahun itu berebut rekomendasi dengan bekal surat dukungan dari seluruh pimpinan anak cabang (PAC) PDIP di Solo. Hingga akhirnya DPC PDIP Solo mengajukan nama Purnomo ke DPP berpasangan dengan Teguh Prakosa, sekretaris DPC PDIP yang kini jadi pasangan Gibran.
Kecewa? Pasti. Puncak kekecewaannya terlihat saat mantan dosen Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada, Jogjakarta, itu menolak ditemui Ketua DPC PDIP Solo F.X. Hadi Rudyatmo, Gibran, dan Teguh Prakosa setelah menerima rekomendasi di DPD PDIP Jawa Tengah di Semarang.
”Sekarang sudah ikhlas. Ini kan realitas politik, jadi ya seperti ini. Kalau kemarin kecewa itu ya manusiawi, wajar,” katanya.
Rekam jejak politik Purnomo sendiri dikelilingi dengan sederet kekalahan dan ”nasib apes”. Berawal saat pilkada 2005, pengusaha stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) itu berpasangan dengan Istar Yuliadi, seorang dokter yang juga tinggal di Solo.
Purnomo-Istar maju dengan menggunakan kendaraan Partai Amanat Nasional (PAN). Pasangan itu kalah oleh pasangan Jokowi-F.X. Hadi Rudyatmo.
Purnomo secara resmi mendaftar sebagai anggota PDIP pada 2011, lalu diminta menggantikan posisi Rudy sebagai wakil wali kota. Rudy sendiri naik menjadi wali kota setelah pasangannya, Jokowi, mengundurkan diri dan mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta.
Purnomo kembali mencoba peruntungan pada pilkada 2015. Dia mendaftarkan diri ke DPP PDIP sebagai bakal calon wali kota, namun gagal. DPP PDIP mengeluarkan rekomendasi yang menempatkan dia sebagai wakil wali kota mendampingi Rudy hingga sekarang.
”Ditanya kapok ndak berpolitik? Ya, pokoknya saya berhenti (berpolitik). Kembali ke kegiatan sosial saya, bisnis, yang positif saja. Pokoknya Solo aman, tenteram, damai gitu saja,” katanya.
Purnomo memang aktif di kegiatan sosial. Dia memiliki Yayasan Amal Sahabat yang menaungi kegiatan sosial dan pendidikan. Pria kelahiran 28 Desember 1948 itu juga memiliki riwayat organisasi yang panjang.
”Hati saya itu sebenarnya di kegiatan sosial dan pendidikan. Membantu masyarakat, menyelesaikan persoalan mayarakat yang tidak mampu. Ya begitu,” katanya.
Apakah Purnomo serius untuk pensiun? Bagaimana jika diminta membantu tim pemenangan Gibran-Teguh? ”Apa mereka berani minta bantuan ke saya?” ucapnya.