Semua Sektor Harus Beradaptasi
JAKARTA, Jawa Pos – Persebaran virus SARS-CoV-2 memicu perubahan. Terutama pada perekonomian. Daya beli masyarakat yang masih lemah dan adaptasi terhadap pola bisnis baru yang membutuhkan waktu panjang membuat perekonomian sulit tumbuh. Tetapi, menurut World Bank dan International Monetary Fund (IMF), perekonomian Indonesia akan masuk lima besar pada 2024.
Staf Khusus II Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Mohammad Ikhsan mengatakan bahwa pandemi Covid-19 berdampak macam-macam pada berbagai sektor usaha. Ada yang negatif. Namun, ada pula yang positif. Pengaruh terhadap sektor telekomunikasi dan healthcare tidak seberapa. Tetapi, untuk sektor konstruksi dan transportasi, cukup besar pengaruhnya.
’’Sedangkan, sektor financial services terdampak moderate. Akan recover 1‒ 2 tahun ke depan,’’ ucap guru besar ekonomi Universitas Indonesia (UI) itu dalam webinar Economic Outlook 2020 bersama Maybank kemarin (22/7). Untuk sektor perbankan, menurut Ikhsan, pandemi memengaruhi revenue (pendapatan) dengan efek berbeda pada setiap segmen.
Presiden Direktur Maybank Indonesia Taswin Zakaria mengatakan bahwa keberlangsungan bisnis pada masa pandemi sangat bergantung pada kemampuan dan kecepatan beradaptasi. Perubahan perilaku masyarakat akibat wabah global tersebut bisa menjadi peluang. ’’Peluang bisnis juga bagi yang siap secara digital atau online untuk mendistribusikan barang dan jasanya,’’ katanya.
Perbankan pun, menurut Taswin, harus beradaptasi. Misalnya, dengan membatasi interaksi dan transaksi langsung. ’’Hal itu yang kemudian memaksa perbankan menjadi katalisator konsumen untuk bertransaksi digital,’’ ungkapnya.
Bersamaan dengan itu, data produk domestik bruto-paritas daya beli dari World Bank dan International Monetary Fund (IMF) menyebutkan bahwa Indonesia akan duduk dalam lima besar perekonomian dunia pada 2024. Menurut Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu, itu akan terwujud asal penanganan pandemi diseriusi.