Karena Pandemi, Anak Jadi Pelampiasan
SIDOARJO, Jawa Pos - Maliki (samaran) kini gemar mencuri. Dia juga suka tidak bayar setelah makan di warung. Sejak putus dari SD, sehari-hari bocah 11 tahun itu cuma keluyuran di kampungnya, Desa Bangah, Kecamatan Gedangan. Mengapa dia seperti itu?
”Anak itu tidak punya ibu. Ayahnya sudah menikah lagi,” kata founder Save Street Child Sidoarjo (SSCS) Dwi Prasetyo kepada Jawa Pos kemarin (22/7).
Prasetyo mengaku kasihan kepada Maliki. Dia jadi nakal karena tak ada peran orang tua. Dia dibawa keDinasPemberdayaanPerempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Sidoarjo untuk mendapatkan rehabilitasi. ”Anak tak boleh ditelantarkan,” ujarnya.
Hari ini, 23 Juli, merupakan Hari Anak Nasional (HAN). HAN menjadi momentum kepedulian seluruh bangsa pada pentingnya perlindungan anak. Agar anak Indonesia tumbuh dan berkembang optimal.
Sebab, fakta masih menunjukkan banyaknya masalah yang menimpa anak-anak. Tak terkecuali di Kota Delta. ”Hingga Juli ini tercatat 63 kasus,” kata Kepala DP3A Sidoarjo Ainun Amalia.
Menurut Ainun, jumlah kasus makin bertambah selama pandemi Covid-19. Ada banyak penyebab. Paling utama adalah faktor ekonomi. Penghasilan keluarga untuk kebutuhan sehari-hari turun. Kepala rumah tangga kena pemutusan hubungan kerja (PHK).
”Nah, biasanya anak yang jadi korban. Jadi pelampiasan,” jelas mantan camat Sukodono dan Prambon itu. DP3A telah menyediakan rumah aman (shelter). Di sana korban akan mendapatkan pendampingan dari psikolog.
Sementara itu, Kapolresta Kombespol Sumardji memberikan edukasi tentang protokol kesehatan kepada 60 siswa TK di Desa Pepelegi, Waru, kemarin. Dia mengingatkan anak-anak jangan lupa pakai masker dan cuci tangan agar terhindar dari Covid-19.