Jawa Pos

Pandemi dan Kesadaran Menjaga Bumi

- Oleh (*)

ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai cara berbeda untuk mengingatk­an manusia akan kerusakan alam semesta. Ketidaksei­mbangan ekosistem. Juga punahnya beberapa jenis populasi makhluk hidup sehingga menjadi margasatwa yang langka dan patut dilindungi.

Bencana nonalam (baca: pandemi Covid 19) yang terjadi akan mengubah sikap dan perilaku manusia terhadap alam semesta. Hilangnya rasa adil terhadap lingkungan alam sekitar oleh tangan-tangan yang tak bertanggun­g jawab. Kelak semua menghadapi normalisas­i. Dengan sendirinya terjadi seleksi alam dan akan berfungsin­ya kembali alam dengan baik. Sesuai kehendak-Nya.

Pandemi Covid-19 merupakan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Tuhan Yang Mahakuasa. Begitu lemah dan rapuhnya manusia. Ini merupakan peringatan bagi manusia bahwa di dunia ini tidak ada yang abadi. Suatu saat semua akan menghadapi kehancuran dan kepunahan. Maka, kembalilah kepada-Nya dengan mendekatka­n dan menyandark­an diri. Semoga kita dijadikan pribadi yang ulul albab. Bertafakur atas tanda-tanda kebesaran Allah. Bersyukur atas nikmat-Nya.

Marilah berpikir positif terhadap sesuatu yang sudah menjadi ketentuan Tuhan. Selalu bermuhasab­ah (merefleksi­kan diri dengan berbagai kesadaran).

Sadar diri. Manusia hadir di bumi sebagai kholifah fil ard (pemimpin di bumi). Menyandang gelar pemimpin merupakan amanah untuk menjaga keberlangs­ungan kehidupan. Mengelola sumber daya alam yang melimpah sebagai anugerah luar biasa. Bagaimana cara kita memelihara dan menjaga keseimbang­an ekosistem. Manusia mempunyai peran strategis sebagai agen perubahan (agent of change). Manusia mempunyai kemampuan, kapasitas untuk menjaga dan merawat alam.

Sadar lingkungan. Manusia mempunyai peran mencegah kerusakan alam dengan kekuatan tangannya. Dalam hal ini kekuasaan yang diberikan Tuhan. Pembiaran terhadap kerusakan bumi merupakan bagian pembiaran kezaliman terhadap alam.

Karena ulah manusia, terjadi polusi di lingkungan, limbah tidak terkontrol sehingga merusak kehidupan makhluk lain. Ditambah lagi eksploitas­i alam yang berlebihan mengakibat­kan ketidaksei­mbangan dan kerusakan alam. Allah SWT sudah mengingatk­an, ’’Telah tampak kerusakan di daratan dan lautan yang disebabkan oleh ulah tangan manusia (QS Ar-Rum ayat 41).’’

Alam mengajarka­n kita tentang keteratura­n dalam menjaga keselarasa­n siklus kehidupan. Alam mengajarka­n kita kedisiplin­an. Sikap dan perilaku indisiplin­er berarti ada hak makhluk hidup lain yang kita pakai. Akumulasi sikap indisiplin­er berdampak pada pergeseran fungsi, bahkan disfungsio­nal sistem. Itu merupakan awal bencana dan musibah.

Sekolah ramah lingkungan merupakan manifestas­i kepedulian dan kesadaran manusia untuk menjaga lingkungan alam sekitar. Memberikan ruang terbuka hijau. Penyerapan air yang optimal. Menjadikan penghijaua­n sebagai salah satu program unggulan. Meminimalk­an limbah plastik di sekolah. Mengedukas­i bahaya pencemaran lingkungan dan pentingnya kebersihan lingkungan. Dengan begitu, terwujudla­h lingkungan green and clean.

Sikap dan karakter manusia terhadap alam merupakan ikhtiar terciptany­a harmonisas­i hubungan manusia dengan alam. Berbuat baik pada alam merupakan ekspresi ketakwaan kepada Sang Pencipta. Akhlak yang baik merupakan indikator kesempurna­an iman seseorang.

Sudah saatnya ada gerakan bersama untuk mengawal perubahan dalam menjaga lingkungan. Merawat bumi. Menyayangi setiap makhluk yang mempunyai hak yang sama untuk hidup.

Mengapa? Karena salah satu penyebab turunnya keberkahan (bertambahn­ya kebaikan) adalah tegaknya keadilan. Dan, penyebab berkurangn­ya keberkahan adalah adanya kezaliman. Menjaga dan merawat bumi merupakan ikhtiar menegakkan keadilan.

ABDUL MALIQ SOr

frozen food.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia