Jawa Pos

Logam dan Mamin Dongkrak Ekspor

Manufaktur Jadi Tumpuan Pemulihan Ekonomi

-

JAKARTA, Jawa Pos – Sektor manufaktur masih tertekan. Namun, kinerja industri makanan dan minuman (mamin) serta industri logam dasar positif. Sepanjang semester I tahun ini, kontribusi dua industri itu masing-masing bernilai USD 13,73 miliar (sekitar Rp 200,44 triliun) dan USD 10,87 miliar (sekitar Rp 158,68 triliun).

Menteri Perindustr­ian Agus Gumiwang Kartasasmi­ta mengapresi­asi dua industri unggulan manufaktur tersebut karena mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19. Mamin, menurut dia, merupakan salah satu industri yang demand-nya melejit. Itulah yang menurut Agus menjadi tumpuan perputaran roda ekonomi nasional. ’’Target kami, industri mamin mampu merajai Asia Tenggara,’’ ucapnya kemarin (23/7).

Selain mamin, industi logam dasar mencetak kinerja gemilang. Itu menjadi bukti positifnya kebijakan hilirisasi pada jenis industri tersebut. ’’Artinya, dengan meningkatk­an nilai tambah sumber daya alam kita, hasilnya adalah penerimaan devisa dari ekspor. Selain itu, multiplier effect lainnya adalah penyerapan tenaga kerja,’’ jelasnya.

Industri logam masuk kategori mother of industry karena produknya merupakan bahan baku utama bagi industri yang lain. Antara lain, industri otomotif, maritim, elektronik, dan lain lain. Kontribusi itulah yang membuat industri logam dasar berperan sebagai tulang punggung perekonomi­an nasional.

Secara umum, industri pengolahan nonmigas masih konsisten menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap capaian nilai ekspor nasional. Pada periode Januari‒Juni 2020, total nilai pengapalan produk manufaktur menyumbang­kan 79,52 persen dari total ekspor nasional. ’’Kami akan menjaga momentum dengan percepatan stimulus sektor manufaktur pada semester II ini,’’ tuturnya.

Namun, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) menyatakan bahwa pertumbuha­n industri mamin tidak akan beda jauh dengan capaian triwulan pertama tahun ini. Yakni, 3,9persen.’Kamihanyab­erharappel­onggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mampu mendorong konsumsi masyarakat. Itu supaya tren domestik naik,’’ ujar Ketua Umum Gapmmi Adhi Lukman.

Selain pelonggara­n PSBB, Adhi berharap rangkaian program bantuan pemerintah mampu mendorong daya beli masyarakat. Misalnya, kartu prakerja, bantuan sosial, insentif fiskal, dan pajak. Untuk bansos, dia berharap bantuannya berupa uang tunai, bukan paket sembako. Tujuannya, ekosistem ekonomi berputar. Uang akan memicu bangkitnya ritel, distributo­r, dan pasar.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengungkap­kan bahwa daya beli masyarakat masih rendah. Dia tidak yakin konsumsi masyarakat membaik pada akhir tahun nanti.(agf/c20/hep)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia