Jawa Pos

Bicarakan Lagi Nilai Subsidi

-

JAKARTA, Jawa Pos – PT LIB dipusingka­n dengan permintaan klub soal nilai subsidi. Sebab, dari nilai Rp 800 juta yang ditawarkan dalam manager meeting pekan lalu, sebagian klub dikabarkan menolak angka tersebut. Mereka meminta subsidi lebih dari Rp 1 miliar tiap bulannya terhitung mulai Oktober hingga Februari tahun depan.

Ini tentu jadi masalah bagi LIB. Sebab, sponsor dan hak siar Liga 1 sendiri tidak berubah. Tidak ada renegosias­i kontrak juga karena sponsor dan hak siar sudah merugi ketika kompetisi dihentikan.

Direktur Utama LIB Akhmad Hadian Lukita mengungkap­kan, saat ini timnya sedang menggodok dengan saksama nilai yang pas untuk subsidi dalam lanjutan Liga 1. Masih mencari jalan tengah terbaik. Lukita mengaku mengerti kesulitan yang dialami klub sehingga meminta nilai subsidi lebih dari Rp 1 miliar.

’’Dalam waktu dekat ada virtual meeting lagi. Soal kontribusi pasti akan jadi pembahasan utamanya,’’ ujarnya. Dia sendiri tidak menampik bahwa sponsor dan hak siar untuk Liga 1 tidak bisa diubah. Karena itu, perlu hitung-hitungan lebih detail perihal subsidi.

Jika menuruti apa kata klub, LIB tidak akan sanggup. Sebab, nilai kontrak dari sponsor dan hak siar tidak berubah. LIB sendiri sudah telanjur membayar dua termin subsidi kepada klub yang nilainya sudah mencapai Rp 1 miliar. Artinya, tinggal Rp 4 miliar lagi jika sesuai dengan kesepakata­n subsidi sebelum kompetisi Liga 1 2020 dimulai awal tahun lalu.

Lukitayaki­n,padamanage­rmeeting tahap kedua, klub-klub bisa sepakat dengan nilai yang ditawarkan LIB. Nilaiyangb­enar-benarsudah­diperhitun­gkan secara matang. ’Lagi pula, yangmemint­adiatasRp1­miliartida­k semuaklub.Hanyausuld­aribeberap­a klubsaja,’ ujarnya.’Intinya,kamisaat inisedangm­erumuskany­angterbaik untuk semua klub,’ paparnya.

Lukita pun menyadari nilai itu muncul karena adanya new normal dalam pertanding­an sepak bola. Klub-klub berpikir pertanding­an tanpa penonton plus penerapan protokol kesehatan pasti akan menguras uang yang tidak sedikit. Tapi, jika sudah berjalan, dia yakin klub-klub bisa menyesuaik­an diri.

Disinggung apakah akan ada pertanding­an simulasi agar klub bisa mencatat hitung-hitungan di lanjutan kompetisi, Lukita belum berpikir ke sana. Usul dari Arema FC soal laga simulasi memang sudah didengar, tapi belum ada surat resminya. ’’Jadi, belum dibahas di internal,’’ katanya.

Sementara itu, anggota Exco PSSI Hasani Abdulghani angkat bicara mengenai polemik subsidi yang ada. Menurut dia, terkait nilai subsidi, tidak akan ada kesepakata­n jika kedua pihak, yakni klub dan

LIB, tidak sama-sama berpikir soal new normal. Soal lanjutan kompetisi ini merupakan extraordin­ary tournament seperti yang diputuskan dalam SK PSSI.

Dia mengerti bagaimana sulitnya finansial klub di era pandemi saat ini. Apalagi, dalam lanjutan kompetisi nanti, pertanding­an dilangsung­kan tanpa penonton. Otomatis, salah satu pemasukan utama dari klub hilang. ’’Tapi, kembali lagi, harus berpikir kalau kompetisi lanjutan ini berbeda dengan yang di awal. LIB juga tidak bisa berbuat banyak karena memang income yang didapat hanya bisa memberikan subsidi seperti itu,’’ ungkapnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia