Jawa Pos

Momentum Bonek Jogja untuk Mengubah Stigma Negatif

Tidak hanya menunjukka­n kepedulian­nya terhadap warga sekitar, Bonek Jogja juga punya misi lain di balik berbagai aksi sosial yang mereka lakukan selama pandemi korona.

- FARID S. MAULANA,

KETUA Umum Bonek Jogja Ahmad Eko Budi Santoso ingat betul bagaimana anggotanya selalu merasa dirugikan oleh ulah sebagian oknum yang mengatasna­makan Bonek. Khususnya ketika Persebaya Surabaya away ke Jogjakarta untuk melakoni pertanding­an. Berbagai pemberitaa­n mengenai kelakuan kriminal oknum tersebut membuat Bonek Jogja tersudut.

Bagaimana tidak, hidup dan menetap di Jogjakarta membuat mereka dipandang penuh kecurigaan. Pandangan negatif tiap kali mengenakan atribut kebanggaan selalu ada setelah para oknum tersebut membuat masalah. Padahal, Bonek sejatinya tidak seperti itu. Tidak pernah berbuat onar tiap kali mendukung Green Force.

’’Mau bagaimana, karena ulah sebagian oknum yang sebenarnya tidak murni mendukung Persebaya itu, kami sangat dirugikan. Kami ingin mengubah pandangan itu, perlahan. Karena Jogja sudah jadi rumah kedua kami,’’ ujar pria yang akrab disapa Eko itu. Lantas, berbagai aksi sosial dilakukan. Terutama ketika masyarakat Jogja dan sekitarnya membutuhka­n bantuan. Salah satunya selama pandemi korona menyerang. Bonek Jogja bergerak membantu dengan berbagai aksi sosial. Jumlah anggota memang tidak banyak. Hanya sekitar 200 orang. Namun, hal itu tidak menyurutka­n niat untuk memberikan bantuan. Bonek Jogja pun urunan untuk membeli bahan melakukan aksi sosial.

Eko mengungkap­kan, mereka memilih membeli hand sanitizer dan nasi bungkus. Alasannya ada dua. Hand sanitizer dianggap merupakan salah satu langkah pencegahan pandemi korona. Sedangkan nasi bungkus bisa membantu masyarakat yang terdampak virus korona dan mengalami kehancuran finansial. ’’Setelah terkumpul, kami turun langsung membagi-bagikan hand sanitizer dan nasi bungkus ke sekitaran Jogjakarta,’’jelasnya.

Aksi sosial itu pun mendapat sambutan positif dari masyarakat. Tak jarang, beberapa di antara mereka yang sempat memandang negatif Bonek berubah jadi respek. ’’Kami ini orang Jawa Timur yang memang tinggal di sini. Kami ingin membaur, sudah jadi bagian masyarakat sini. Alhamdulil­lah tanggapann­ya baik, kami diapresias­i,’’ paparnya.

Apresiasi besar tentu berasal dari para pekerja dan pedagang yang baru saja di-PHK ataupun sedang mengalami kejatuhan ekonomi. Walau tidak banyak, bantuan nasi, hand sanitizer, dan masker gratis sangat berguna untuk bertahan hidup selama pandemi korona. Plus, adanya kebersamaa­n untuk bertahan di masa pandemi membuat para pekerja dan pedagang ini tetap optimistis dalam menjalani hidup.

Eko sebenarnya tidak berharap stigma negatif Bonek bisa langsung hilang setelah kegiatan sosial itu. Dia sadar tidak mudah untuk mengubahny­a dengan cepat. Paling tidak, apa yang dilakukan Bonek Jogja bisa jadi bukti bahwa stigma negatif itu tidak benar adanya.

Pria yang tinggal di Jogja sejak 2012 itu sebenarnya ingin melakukan aksi sosial lagi dalam waktu dekat. Tapi, hal itu tampaknya sulit. ’’Beberapa anggota kami tertahan di kampung halaman, tidak bisa kembali ke sini. Kami sudah punya rencana. Semoga ketika semuanya pas, kami kembali turun ke jalan untuk membantu,’’ harapnya.

 ?? BONEK JOGJA FOR JAWA POS ?? TAK MAU BERPANGKU TANGAN: Bonek Jogja mengumpulk­an donasi dan membagikan­nya kepada mereka yang berhak dalam bentuk makanan dan hand sanitizer.
BONEK JOGJA FOR JAWA POS TAK MAU BERPANGKU TANGAN: Bonek Jogja mengumpulk­an donasi dan membagikan­nya kepada mereka yang berhak dalam bentuk makanan dan hand sanitizer.
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia