Ancaman Resesi di Triwulan III
JAKARTA, Jawa Pos – Bayang-bayang resesi ekonomi makin nyata. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2020 negatif. Saat itulah Indonesia menyusul Singapura dan Korea Selatan yang masuk ke jurang resesi
JMATCHWEEK PEMUNGKAS SERASA PARTAI FINAL
Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad menuturkan, pihaknya melakukan penghitungan menggunakan model CGE (computable
general equilibrium) dengan pendekatan dua skenario implikasi, sedang dan berat. Skenario sedang adalah rancangan kebijakan penanganan wabah Covid-19 lebih dari lima bulan dengan realisasi alokasi stimulus fiskal pemulihan ekonomi nasional (PEN) lebih besar dari 30 persen. Sedangkan skenario berat dengan realisasi alokasi stimulus fiskal PEN lebih kecil dari 30 persen.
Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2020 hanya 2,97 persen. ”Terpangkas hampir separo dari tahun sebelumnya dalam periode yang sama (5,07 persen, Red),” ujar Tauhid dalam Kajian Tengah Tahun (KTT) Indef 2020 kemarin (23/7).
Menilik pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang masif dilakukan per April, dia memperkirakan, perekonomian nasional triwulan II di kisaran level -3,26 (skenario sedang) hingga -3,88 persen (skenario berat). Indef juga melihat ancaman pertumbuhan negatif yang membayangi triwulan III.
Tauhid mengatakan, resesi pada periode tersebut terjadi karena persoalan ekonomi domestik lebih berat daripada faktor pengaruh dari luar negeri. Meski akan mengalami perbaikan, tetapi tidak signifikan. Masih terjerembap di zona negatif sekitar -1,3 (skenario sedang) sampai -1,75 persen (skenario berat).
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi pada triwulan II terjun bebas. Di kuartal pertama 2020, Indonesia memang mencatatkan pertumbuhan 2,97 persen. Masih positif meskipun turun jauh dari kuartal IV Desember 2019 di angka 5 persen.
Namun, di kuartal II, Jokowi menyebut pertumbuhan ekonomi akan minus. ’’Kita harus ngomong apa adanya, bisa minus 4,3 persen sampai mungkin 5 (persen),’’ ujarnya saat momen penyaluran dana bergulir untuk koperasi dalam rangka pemulihan ekonomi nasional di Istana Negara kemarin.
Kondisi global bahkan lebih sulit. Tiga bulan belakangan, Jokowi aktif berkomunikasi dengan lembaga-lembaga keuangan dunia. Mulai IMF, Bank Dunia, hingga OECD. Tiga bulan lalu IMF menyampaikan bahwa ekonomi global akan mencapai -2,5 persen. Setelah sebelumnya di angka positif 3–3,5 persen.
Sebulan berselang, Jokowi berkomunikasi dengan World Bank dan mendapat jawaban berbeda. Bahwa pertumbuhan ekonomi global akan berada di angka -5 persen. Terakhir, dua pekan lalu dia berkomunikasi dengan OECD dan mendapat prediksi yang lebih buruk. Pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan di angka -6 sampai -7,6 persen.
Kata Jokowi, itulah gambaran perekonomian dunia saat ini. ’’Setiap bulan selalu berubahubah, sangat dinamis, dan posisinya tidak semakin mudah, tetapi semakin sulit,’’ lanjutnya.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, pemerintah berusaha agar perekonomian triwulan III tidak minus. Meskipun, diakuinya bahwa tidak ada satu negara pun yang aman dari ancaman resesi akibat Covid-19. ’’Tentu harus menjaga agar di kuartal III tidak negatif. Bahkan bisa masuk ke 0 atau positif di kuartal IV,’’ katanya.
Salah satu yang diandalkan Indonesia untuk mengungkit perekonomian adalah relaksasi untuk pelaku usaha. Misalnya, restrukturisasi pada koperasi dan UMKM yang dijalankan Kementerian Koperasi dan UKM.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menjelaskan, pihaknya melalui lembaga pengelola dana bergulir (LPDB) menyiapkan tiga fase program pemulihan koperasi. Fase pertama adalah restrukturisasi pinjaman para mitra LPDB. Bentuknya penundaan pembayaran angsuran dan jasa selama 12 bulan. ’’Sampai saat ini telah dilakukan restrukturisasi kepada 40 mitra koperasi, sudah 100 persen,’’ terangnya.
Fasilitasnya berupa penundaan pokok angsuran pinjaman, penundaan jasa, pengurangan jasa perpanjangan waktu, dan penambahan fasilitas pinjaman atau pembiayaan. Total outstanding mencapai Rp 135,7 miliar. Selama masa penundaan pembayaran setahun itu, LPDB memberikan subsidi bunga 100 persen.
Fase berikutnya adalah pemulihan ekonomi melalui alokasi tambahan sebesar Rp 1 triliun. Pembiayaan itu diperuntukkan koperasi dengan bunga 3 persen yang menurun. ’’Atau sekitar 1,5 persen flat per tahun untuk menjangkau sekitar 4,8 juta UMKM anggota koperasi,’’ lanjutnya.
Untuk saat ini, penyaluran pinjamannya sudah cair Rp 381,4 miliar. Koperasi konvensional sebanyak 13 mitra sebesar Rp 31,8 miliar dan koperasi syariah untuk 21 mitra sebesar Rp 109 miliar.
Fase terakhir, untuk pertumbuhan, disiapkan kebijakan untuk mempermudah akses pembiayaan koperasi dan UKM dengan bunga ringan dan pendampingan. Pihaknya sudah melakukan uji coba kepada koperasi simpan pinjam dan koperasi baitul mal wa tamwil. Pihaknya melihat bahwa koperasi bisa menjadi mitra pemerintah. ’’Untuk menyalurkan pembiayaan yang murah dan mudah untuk UMKM,’’ tambahnya.
Kebijakan restrukturisasi itu harus dilaksanakan secepatnya agar perekonomian Indonesia tidak ikut terimbas kondisi global. ’’Kita berharap di kuartal III ini kita sudah harus naik lagi. Kalau ndak, nggak ngerti saya betapa akan lebih sulit kita,’’ imbuh Jokowi.