Awalnya Didesain Tempat Ngopi, Kini Diubah Jadi Tempat Cari Solusi
Perubahan teknologi mendorong kepolisian terus berinovasi. Salah satunya inovasi di Ditbinmas Polda Jatim yang memanfaatkan podcast untuk menyosialisasikan program kepada masyarakat. Memakai ruangan kecil yang disulap menjadi studio yang nyaman untuk berbincang.
STUDIO itu terletak di lantai 2 gedung binmas Polda Jatim. Ukurannya kecil saja. Di dindingnya tertempel tulisan Cak Bimo. Logonya mikrofon dengan desain lawas.
Ketika masuk ke ruangan tersebut, beberapa peralatan podcast sudah tersedia. Di dalamnya ada beberapa tim editor video podcast.
Mereka sedang bekerja. Di ruangan itulah biasanya Kompol Wiwit Adiasatria dan Kompol Hendro Gunawan memulai acara podcast. Setiap minggu mereka selalu menghadirkan sekitar enam narasumber dengan topik yang berbeda-beda
Ruangan tersebut didesain senyaman-nyamannya. Suasananya mirip kafe. Dinding yang berwarna putih diubah menjadi menyerupai bata ekspose. ”Seperti ini ruangannya. Kami biasa mengundang para narasumber untuk berbicara di sini. Kemudian, kami rekam dan kami edit langsung,” kata Wiwit yang biasa menjadi host.
Wiwit mengungkapkan bahwa Cak Bimo merupakan akronim Cangkrukan Binmas Modern.
Inspirasinya berasal dari kebiasaan warga Jatim dan penggunaan media sosial sebagai ajang sosialisasi di tengah pandemi Covid-19.
Dia menceritakan bahwa awalnya tidak tebersit untuk membentuk ruangan itu menjadi studio. Sebab, saat kali pertama ruangan tersebut direnovasi, niatnya hanya untuk tempat ngopi bagi para anggota. Di sana, mereka bisa berbagi permasalahan dan mencari solusinya.
Namun, setelah berdiskusi kembali dengan para anggotanya, muncul ide untuk mengubah ruangan itu menjadi sebuah studio mini podcast. Rencana tersebut dikonkretkan.
Timnya di subdit pemolisian masyarakat kemudian bergerak mencari sudut pandang terkait ide serta proses pembentukan podcast. Di sini, tim langsung melihat banyak referensi. Lebih tepatnya mencoba meniru model-model podcast yang ditayangkan di kanal YouTube. Lalu, proses itu berganti dengan pencarian ide.
Isu-isu publik, terutama yang terkait dengan keamanan dan ketertiban masyarakat, dibahas oleh para narsumber. ”Tujuan kami mengajak masyarakat untuk ikut berdiskusi dan memberikan contoh penyelesaian terkait isu-isu terkini,” ucapnya.
Langkah itu dianggap relevan untuk saat ini. Terlebih dalam masa pandemi, sosialisasi kepada masyarakat tidak bisa dilakukan secara maksimal. Meski gerakan itu juga masih ada.
”Kami ingin menambah variasi. Jadi, setiap ada pembahasan terkait isu terkini bisa terekam dan masih terus diingat oleh masyarakat dan masyarakat bisa partisipasi membantu menjaga lingkungannya,” terangnya.
Setiap narasumber berhak mengulas solusi atas permasalahan yang dibahas. Tentunya, ada batasan pembahasan. Biasanya, setiap pembahasan memakan waktu 30 menit sampai 60 menit. Bergantung topik.
Persiapan pun harus dilakukan setiap hari. Setiap narasumber mempunyai materi yang berbeda. Orang-orangnya pun berbeda. Untuk mengetahui dan membuat nyaman, suguhan kopi hangat atau minuman harus tersedia di atas meja podcast. Minimal untuk mencairkan suasana.
Untuk memudahkan proses podcast, Wiwit juga memiliki personel yang siap untuk diajak berdiskusi. Salah satunya Hendro. Dia bekerja di balik layar. Yakni, memberikan ide. Dia juga yang sering memberikan masukan terkait proses podcast. Hendro juga yang berusaha mencarikan narasumber yang cocok.
Dalam ruangan itu, para anggota juga sering diajak untuk berdiskusi soal ide. ”Referensi kami banyak dari media. Jika di media lagi bahas isu tentang pemulangan jenazah secara paksa, kami akan bahas itu dari segi berbeda,” ucapnya.
Selain itu, dia menjelaskan bahwa format Cak Bimo bukan hanya di dalam ruangan itu. Namun, juga bisa on the spot. ”Kemarin kami baru saja siaran di rumah Bu Wagub Arumi Bachsin untuk membahas peringatan Hari Anak. Hasilnya bisa dilihat kok di YouTube Cak Bimo,” katanya.