Bergantung Elektabilitas Figur yang Diusung
ELEKTABILITAS atau tingkat keterpilihan menjadi syarat utama bagi PDIP dalam mengusung calon wali kota Surabaya. Figur yang terpilih harus dikenal luas. Selain itu, memiliki kecapakapan dalam menuntaskan problematika perkotaan.
Ketua DPC PDIP Adi Sutarwijono mengatakan, PDIP sudah menentukan target dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya 2020. Partai berlambang banteng moncong putih itu wajib menang. Sama dengan saat pesta demokrasi tahun-tahun sebelumnya.
Target tinggi itu mau tidak mau harus terwujud. Untuk mencapainya, tentu seluruh kader PDIP diminta bekerja keras. Caranya, terus bergerilya mengumpulkan dukungan.
Awi, sapaan akrab Adi Sutarwijono, menjelaskan, partai sudah memberikan instruksi. Seluruh kader, mulai DPC hingga PAC, turun ke bawah. ”Menggaet sebanyak-banyaknya suara,” tegasnya.
Bentuk kegiatan yang dilakukan PDIP pun beragam. Sebelum pandemi virus korona merebak, kader banteng aktif turun ke warga. Membantu menuntaskan persoalan. ”Anggota PDIP yang duduk di dewan harus menyuarakan keluhan warga,” jelasnya. Ketika Covid-19 melanda, kader PDIP menjadi tumpuan warga. Mereka aktif turun memberikan bantuan sosial. Kegiatan itu berjalan serentak di 31 kecamatan. Selain kegiatan partai, sosok calon wali kota yang diusung juga tak kalah penting. Tujuannya menggaet simpati warga. Mendongkrak perolehan suara.
Terhitung ada 18 kandidat calon wali kota dari PDIP. Mayoritas namanya sudah familier. Contohnya, Whisnu Sakti Buana (WS). Saat ini dia duduk sebagai wakil wali kota (Wawali). Ada juga nama Dyah Katarina. Istri mantan Wali Kota Surabaya Bambang D.H. itu saat ini bertugas sebagai wakil rakyat. Memang, saat ini PDIP belum menetapkan calon lantaran menunggu keputusan dari DPP PDIP. Mungkin bulan depan nama itu disampaikan.
Menurut Adi, penentuan calon merupakan kewenangan DPP
PDIP. Namun, dia berharap calon wali kota dan wakil wali kota yang terpilih harus memberikan daya ungkit. ”Tingkat keterpilihannya tinggi,” jelasnya.
Nah, untuk meningkatkan daya elektoral itu, calon harus sering menyapa warga. Blusukan ke seluruh wilayah Surabaya untuk memperkenalkan diri serta visimisi. ”Agar dikenal seluruh kalangan. Karena Surabaya merupakan kota multikultur,” jelasnya.
Selain itu, blusukan berguna untuk menampung keluhan warga. Dari masukan tersebut, harapannya kandidat mengetahui persoalan yang belum tuntas. ”Sehingga menjadi bekal perjuangan ketika ditetapkan sebagai calon wali kota dari PDIP,” terangnya.