Darurat Literasi Kesehatan tentang Covid-19
NEGARA-negara seperti New Zealand dan Thailand menyatakan tidak ada pertambahan kasus baru Covid-19. Di Indonesia, jumlah kasus Covid-19 semakin bertambah. Belum kunjung surut.
Sejak 26 Juni 2020, Jawa Timur tercatat melampaui DKI Jakarta sebagai kontributor terbesar kasus baru Covid-19 di Indonesia. Kasus terbesar berasal dari Kota Surabaya (66,9 persen). Tercatat peningkatan kasus harian terbesar di Jawa Timur terjadi pada 19 Juli 2020. Dengan jumlah kasus baru sebanyak 463 kasus.
Apa yang menyebabkan kasus Covid-19 terus bertambah di Jawa Timur? Pemerintahan Provinsi Jawa Timur telah melaksanakan berbagai usaha untuk menanggulangi Covid-19. Tiga periode PSBB telah dilakukan sejak 28 April 2020. Namun, justru Jawa Timur malah semakin melampaui provinsi lain dengan angka kasus barunya.
Bukan hanya itu. Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga telah berusaha meningkatkan jumlah dan kapasitas tes sesuai standar WHO. Rumah sakit darurat untuk Covid-19 pun telah didirikan di Jalan Indrapura, Surabaya.
Yang terbaru, pemerintah merilis sistem rujukan satu pintu atau one gate referral system yang mengintegrasikan semua rumah sakit rujukan Covid-19 di Jawa Timur untuk mempermudah rujukan pasien.
Salah satu alasan terus meningkatnya kasus di Jawa Timur adalah masyarakat yang tidak patuh. Sejak awal PSBB, masyarakat Jawa Timur masih tetap keluar di jalanan dan menolak tetap di rumah. Sebuah video yang beredar akhir-akhir ini menunjukkan Surabaya yang penuh dan ramai di suatu Minggu pagi. Masyarakat bersepeda, berolahraga, dan jalan-jalan berdekatan tanpa jaga jarak.
Selain itu, mal dan restoran telah kembali beroperasi. Beberapa tempat memang mengharuskan penerapan physical distancing. Namun, masih banyak tempat orang yang bergerombol dengan jarak kurang dari 1 meter.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat masih kurang sadar. Kenyataan itu bermula dari tidak memadainya kemampuan masyarakat dalam menerima maupun mengolah informasi kesehatan. Terutama mengenai Covid-19.
Jadi, literasi kesehatan itu sangat penting. Masyarakat Indonesia masih darurat literasi kesehatan. Definisi literasi kesehatan adalah kemampuan seseorang untuk dapat memperoleh, memproses, dan memahami informasi kesehatan.
Ada sebuah penelitian menarik oleh Sari et al (2020) yang terpublikasi di Journal of Community Health. Penelitian itu membahas pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap Covid-19 di Indonesia. Hasilnya, antara lain, menunjukkan bahwa ketidaktahuan masyarakat terbesar terletak pada penularan Covid-19.
Banyak responden penelitian tersebut yang menjawab bahwa Covid-19 disebarkan melalui makanan. Sementara itu, kenyataannya, penyebaran terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin.
Penelitian itu menunjukkan sikap masyarakat terhadap Covid-19 juga bermasalah. Masyarakat bersikap tidak patuh perihal menjaga jarak minimal 1,5 meter. Penggunaan masker saat berkumpul bersama orang lain pun sangat kurang. Kenyataannya, dapat kita lihat bahwa orang-orang yang berkumpul di tempat makan masih sering membuka maskernya. Baik untuk makan dan/atau bercengkerama. Padahal, risiko infeksi Covid-19 masih ada.
Saat ada orang dengan gejala Covid-19, masyarakat masih tidak tahu langkah pertama yang harus diambil. Masyarakat masih cenderung takut memeriksakan diri ke rumah sakit. Lebih-lebih karena banyaknya stigma mengenai Covid-19 di masyarakat. Padahal, justru penanganan dan isolasi segera sangat penting untuk dilakukan guna memutus mata rantai penularan Covid-19.
Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan kuat antara tingkat literasi kesehatan dan sikap serta pengetahuan masyarakat. Menurut penelitian, sumber informasi terbesar masyarakat adalah TV dan media sosial. Dengan maraknya persebaran hoaks saat ini, literasi kesehatan sangat penting. Tujuannya, masyarakat bisa menyaring informasi yang tidak tepat dan menerapkan informasi yang benar.