Lompat ke Laut Diiringi Jeritan Istri di Pantai
Kapal dan jukung bertumbangan di Jember, sementara seorang pemancing terseret ombak di Banyuwangi. Yang dinamai ’’Jawara” pun tak berdaya dihantam ombak saat pantai sudah di depan mata.
SATU per satu nelayan itu melompat ke laut. Gelombang tinggi telah mematahkan kemudi dan membuat kapal Bintang 35, tempat mereka menjadi anak buah kapal (ABK), nyaris terbalik
Sementara di pinggir Pantai Pacer Puger, Jember, Jawa Timur, istri para ABK Bintang 35 itu hanya bisa menjerit dan menangis. Suara mereka juga dengan cepat ditelan gemuruh ombak pesisir selatan Jawa Timur bagian timur itu.
Di tempat yang sama, plawangan yang menjadi pintu gerbang dari Pantai Pacer Puger menuju Samudera Hindia, pada hari yang sama kemarin (28/7), tiga jukung (perahu kecil bercadik kayu) jenis speed juga hancur. Lenyap pula ikan hasil tangkapan mereka.
Plawangan tersebut memang dikenal berombak ganas. Bahkan, nelayan dengan jam layar tinggi pun tak gampang melewatinya.
’’Beberapa hari terakhir gelombang cukup tinggi. Angin juga kencang,” kata Iptu Nai, Kasatpol Air Polres Jember, kepada Jawa Pos Radar Jember.
*
Pantai sudah di depan mata, tapi plawangan masih harus dilewati. Semua nelayan Puger tahu apa artinya itu: perjuangan keras.
Benar saja, tiba-tiba ombak menghantam dari belakang dengan keras kapal Sinar Laut pada Senin pagi itu (27/7). Mathari, sang nakhoda, sempat mengusahakan kapal untuk mundur, tapi dihalangi ombak besar hingga air masuk ke kapal.
Kapal karam. Ikan dan berbagai peralatan menangkap ikan juga tumpah ke dalam laut.
Ke-23 ABK pun menyelamatkan diri dengan terjun ke laut. ’’Perahu dihantam ombak terusmenerus,” kata Yatno, salah seorang ABK, kepada Jawa Pos Radar Jember.
Sinar Laut berangkat melaut pada Minggu malam (26/7) sekitar pukul 20.00. Tapi, setelah hantaman keras ombak pada Senin pagi lalu itu, kapal nahas tersebut akhirnya teronggok di laut.
’’Masih sulit menariknya ke tepi karena air laut sedang surut,” kata Yatno.
Dua hari sebelum nahas yang menimpa Sinar Laut itu, di kabupaten tetangga Jember, Banyuwangi, persisnya di Perairan Pancer, Kecamatan Muncar, seorang pemancing juga hilang ditelan ombak.
Mengutip Jawa Pos Radar Banyuwangi, pemancing malang itu adalah Dwi Tutut Ramadhan, 40, warga Surabaya. Saat berlayar, korban menggunakan perahu sodak berukuran 5 x 1,5 meter yang terbuat dari fiber.
Saat mencari ikan, korban bersama temannya, Hendrik Susanto, 31, warga Dusun Sumbermanis, Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung, Banyuwangi.
’’Satu orang hilang, satu orang lainnya diselamatkan nelayan,” ujar Kapolsek Pesanggaran AKP Mujiono.
Berdasar keterangan rekan korban, insiden itu terjadi pada Sabtu (25/7) sekitar pukul 20.00. Saat itu, Dwi bersama Hendrik hendak kembali ke daratan. ’’Saat kembali, perahu dihantam ombak besar hingga terbalik,” katanya.
Hendrik sempat berteriak minta tolong. Teriakan itu didengar nelayan lain yang juga sedang mencari ikan.
’’Hendrik berhasil diselamatkan nelayan. Sedangkan Dwi hilang tersapu ombak,” terangnya.
Sampai dengan Senin lalu, kapal yang mengangkut dua pemancing itu sudah ditemukan. Tapi, Dwi belum.
*
Jukung miliknya yang dinamai Jawara memang hancur. Tapi, Saleh tetap bersyukur. Sebab, dia dan sang anak, Arief, selamat dalam insiden di plawangan kemarin.
Ombak tinggi dalam beberapa hari terakhir memang membuat para nelayan yang akan berangkat dan pulang kesulitan saat melewati plawangan. Tak terkecuali si Jawara yang akhirnya juga tak berdaya di sana.
’’Selain muara dangkal, air laut surut,” kata Saleh, warga Desa Puger Wetan, Kecamatan Puger, Jember.
Dua jukung lainnya yang juga kandas di plawangan kemarin adalah milik Fadal dan Riyadi, keduanya warga Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger. Jukung milik Riyadi bahkan langsung tenggelam. Beruntung, semua nelayan atau ABK yang jukung dan kapalnya mengalami kecelakaan kemarin selamat.
Satu per satu puluhan ABK Bintang 35 juga akhirnya sampai di pantai. Istri atau keluarga yang telah menunggu di pantai pun menyambut mereka dengan tangis kelegaan.
Meski nun tak jauh dari plawangan sana kapal mereka masih teronggok tak bisa ditarik. Jadi semacam pengingat untuk semua nelayan agar berhati-hati di tengah gelombang tinggi pada hari-hari ini.