Karantina dan Tes Masif Lagi
Meningkatnya Penularan Korona di Eropa
MADRID, Jawa Pos - Perdana Menteri (PM) Spanyol Pedro Sanchez tersinggung. Pemerintah Inggris memberlakukan aturan karantina 14 hari bagi siapa pun yang baru datang dari Spanyol. Mereka juga menyarankan agar tak berkunjung ke Spanyol, kecuali untuk urusan penting.
Sanchez menegaskan bahwa turis di sebagian besar wilayah Spanyol jauh lebih aman dari virus SARS-CoV-2 jika dibandingkan dengan di Inggris. Dia berharap Inggris mempertimbangkan ulang keputusannya. ”Ini tidak adil,” tegasnya seperti dikutip BBC.
Beberapa agen perjalanan juga tidak paham dengan keputusan Inggris. Sebab, penularan di Kepulauan Canaria dan Balears tergolong rendah. Tempat itulah yang selama ini menjadi jujukan wisata. Sayang, pemerintah Inggris menegaskan bahwa mereka tidak berencana mengubahnya.
”Tidak ada perjalanan yang bebas risiko selama pandemi,” ujar Juru Bicara PM Inggris Boris Johnson.
Bukan hanya Inggris, Jerman juga berencana memperketat aturan untuk orang-orang yang datang dari negara-negara yang memiliki risiko tinggi penularan Covid-19. Mereka harus menjalani tes Covid-19 lebih dulu. Aturan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut kini masih digodok. Jerman saat ini mengalami lonjakan kasus. Pun demikian dengan beberapa Negara Eropa lainnya. ”Sebanyak 130 wilayah di Jerman masuk daftar area risiko tinggi,” ujar Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn.
Senin (27/7) wilayah Bavaria membuka fasilitas tes di berbagai titik. Harapannya, mereka bisa menjangkau sebanyak mungkin penduduk yang baru pulang dari liburan di luar negeri. Rencananya, bandara, stasiun kereta api, dan fasilitas utama perlintasan antarnegara dilengkapi unit pengujian. Ratusan ribu pekerja perkebunan musiman lintas negara bagian juga akan dites.
Hongkong juga menerapkan aturan ketat untuk penduduknya setelah terjadi ledakan penularan. Mulai hari ini (29/7), semua penduduk wajib memakai masker di dalam maupun luar ruangan yang merupakan area publik. Jika melanggar, akan didenda HKD 5 ribu atau setara dengan Rp 9,3 juta. Kebijakan itu tidak berlaku untuk orang dengan kondisi medis tertentu dan anak di bawah usia 2 tahun.
Sementara itu, WHO meminta penduduk belahan bumi utara agar tidak terlalu senang dan abai dengan datangnya musim panas. Sebab, Covid-19 bukanlah flu biasa. Itu tidak akan hilang hanya karena musim panas datang.
”Orang-orang masih berpikir tentang musim. Yang kita semua harus pahami adalah ini merupakan virus baru dan reaksinya berbeda,” terang Juru Bicara WHO Dr Margaret Harris seperti dikutip The Straits Times.
Terpisah, harapan baru terus muncul untuk menghilangkan pandemi dari muka bumi. Perusahaan asal AS, Moderna Inc dan Pfizer Inc, mengumumkan bahwa mereka mulai tes uji klinis tahap ketiga. Setiap perusahaan menggunakan 30 ribu partisipan.
Semua partisipan Moderna berusia 18 tahun ke atas dan penduduk AS. Uji coba tahap akhir tersebut bertujuan mengevaluasi keamanan vaksin dan mengetahui apakah itu bisa mencegah Covid-19 yang bergejala. Mereka akan diberi dua dosis yang berselang 28 hari.
Pengumuman itu membuat saham Moderna naik 9 persen dan Pfizer naik 1,6 persen. Perusahaan asal Jerman BioNTech yang mengembangkan vaksin dengan Pfizer juga mengalami kenaikan sebesar 4,2 persen.
Saat ini pemerintah AS mengucurkan investasi besar-besaran agar bisa mendapatkan vaksin sebanyak-banyaknya pada Januari tahun depan. Moderna mendapatkan USD 1 miliar (Rp 14,5 triliun) dari pemerintah AS untuk pengembangan vaksin dan agar mereka mendapatkannya lebih dulu. Sementara itu, Pfizer membuat kesepakatan menjual vaksin untuk 50 juta orang pada pemerintah AS senilai USD 2 miliar (Rp 29 triliun). Tentu saja jika vaksinnya benarbenar bekerja.