Panen, tapi Harga Masih Rendah
SURABAYA, Jawa Pos – Panen garam akan mulai merata di seluruh sentra produksi di Jawa Timur (Jatim) pada akhir bulan ini. Sayangnya, panen tiba saat harga garam di tingkat petani masih rendah. Bahkan, disparitas harga antara garam petani dan garam olahan pabrik masih tinggi.
Ketua Umum Himpunan Masyarakat Petani Garam M. Hasan mengatakan bahwa sebagian sentra produksi Jatim mulai panen sejak akhir bulan lalu. Yakni, dimulai dari Madura yang panen pada pekan ketiga Juli. Bertahap, panen di seluruh wilayah akan merata pada akhir bulan ini. ’’Sebagian Probolinggo, Pasuruan, Sidoarjo, Gresik, dan Surabaya sudah panen,’’ ujarnya kemarin (28/7).
Musim panen tahun ini bakal berlangsung sampai Desember. Sebab, musim produksi yang biasanya berawal pada Juni mundur sebulan. ’’Tahun ini target produksi garam Jatim mencapai 1,2 juta ton. Naik daripada tahun lalu yang 1,1 juta ton,’’ ungkapnya.
Dia optimistis target itu tercapai. Apalagi, pemerintah turut meningkatkan produksi garam. Misalnya, lewat normalisasi saluran dan bantuan geo membrane. ’’Tetapi, upaya peningkatan produksi belum diikuti dengan membaiknya harga,’’ jelasnya.
Sejak tahun lalu sampai sekarang, harga garam pabrikan Rp 550 hingga Rp 600 per kilogram.
Dengan penghitungan biayabiaya lain, harga garam pada tingkat petani hanya Rp 250 sampai Rp 350 per kilogram.
Karena itu, Hasan meminta pemerintah segera menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) terhadap garam. Dia telah mengusulkan agar HPP garam berkisar Rp 1.500 per kilogram. ’’Pabrik juga sebaiknya menaikkan harga di tingkat petani,’’ tuturnya. Apalagi, naik-turunnya harga di tingkat petani tidak berpengaruh pada harga jual garam di pasaran.