Jawa Pos

Bisa Sisihkan BOS dan BPOPP buat Paket Data Siswa

-

KUOTA internet menjadi salah satu kendala dalam sistem pembelajar­an daring. Hal itu diakui Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Kacabdin) SurabayaSi­doarjo Lutfi Isa Anshori.

Dia mengatakan, alternatif penyelesai­an kendala tersebut bergantung pada kreativita­s sekolah. Salah satunya bisa dengan cara menyisihka­n anggaran dari dana bantuan operasiona­l sekolah (BOS) maupun dari dana biaya penunjang operasiona­l penyelengg­araan pendidikan (BPOPP). ”Sekolah bisa memetakan atau mengklasif­ikasikan kemampuan dan kondisi siswanya,” ujar mantan Kacabdin Kabupaten Jember dan Lumajang itu

Dia menjelaska­n, kondisi siswa yang memerlukan dukungan belajar jarak jauh di sekolah terbagi dalam beberapa tipe. Di antaranya, siswa yang memiliki ponsel namun kondisinya jadul, siswa yang punya ponsel pintar tapi tidak ada kemampuan untuk membeli paket internet. Atau, justru harus bergantian ponsel dengan orang tuanya yang bekerja atau tidak punya ponsel.

”Sebetulnya, pembelajar­an itu juga tidak perlu semuanya daring. Dilihat kemampuan dan kondisi masing-masing siswa. Di luar jaringan juga tidak apaapa,” imbuhnya.

Dia menambahka­n, sekolah juga mesti punya strategi untuk menangani kondisi siswa yang berbeda-beda. Dengan demikian, ketidakmam­puan siswa untuk menjangkau internet tidak sampai membuat proses belajar-mengajar terhenti. ”Yang paling penting, jangan sampai proses belajar berhenti karena itu. Makanya sekolah dibolehkan untuk pakai dana BOS atau BPOPP itu untuk membantu kegiatan dan kelancaran belajar-mengajar,” paparnya.

Lutfi mengatakan, selama ini siswa mencari solusi sendiri atas kesulitan itu. Mereka, antara lain, mencari wifi gratis di warkop maupun nebeng tetangga.

Namun, cara tersebut juga dikhawatir­kan menimbulka­n risiko tertular wabah karena tidak bisa menjaga jarak dan memungkink­an kontak dengan banyak orang.

Pihak satuan pendidikan pun saat ini tidak hanya berupaya untuk membantu meringanka­n beban internet siswa, tapi juga guru-guru. Mereka, antara lain, menyediaka­n studio mini di sekolah dengan puluhan perangkat komputer dan kecepatan jaringan internet yang mumpuni.

Salah satunya dilakukan SMK PGRI 13. Sri Wilujeng Slamet selaku kepala sekolah menuturkan, pihaknya menyediaka­n sekitar 20 unit komputer di ruang kelas industri. Di sana, bapak dan ibu guru bisa mengakses jaringan internet untuk penyampaia­n materi kepada siswa-siswanya secara gratis.

”Saya sendiri tidak membatasi mereka harus pakai aplikasi tertentu seperti Google Meet atau Zoom. Ada mapel tertentu, contohnya matematika, yang lebih mudah menggunaka­n grup WhatsApp untuk menyampaik­an teori dan tugas. Silakan saja, yang penting pembelajar­annya bisa tetap efektif,” terangnya.

Sri menuturkan, guru juga bisa menggunaka­n metode atau cara masing-masing. Demi mencapai proses belajar-mengajar yang diharapkan.

 ?? SEPTINDA/JAWA POS ?? LEBIH FLEKSIBEL: Nailah Rahmah mengikuti pembelajar­an via daring di rumahnya di Jalan Ngagel.
SEPTINDA/JAWA POS LEBIH FLEKSIBEL: Nailah Rahmah mengikuti pembelajar­an via daring di rumahnya di Jalan Ngagel.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia