Dopingnya Kopi Pahit
PENGHITUNGAN dokumen dukungan perbaikan membutuhkan tenaga ekstra. Sebab, batas penghitungan hanya sampai tengah malam kemarin (28/7). KPU Surabaya mengerahkan lebih dari 60 orang untuk membantu penghitungan 212.462 lembar data dukungan pasangan M. Yasin-Gunawan.
Koordinator Divisi Teknis Penyelenggaraan KPU Surabaya Soeprayitno mengungkapkan, ada pengaturan jadwal penghitungan tersebut. Yakni, dimulai pukul 00.00 hingga pukul 05.00. ”Artinya, petugas penghitungan yang dapat jadwal 05.00−12.00 harus berangkat pagi buta. Ada yang rumahnya Pakal dan pinggiran kota yang jaraknya cukup lumayan,” ujar Nano, sapaan Soeprayitno, kemarin.
Dalam satu sif tersebut, terdapat 18 petugas yang bekerja. Ada yang berasal dari PPK yang diperbantukan untuk menghitung dan mencermati dokumen dukungan itu. ”Ada yang tidur cuma dua jam, bahkan kurang.
Karena setelah menuntaskan sif 00.00−05.00 harus kembali kena jadwal menghitung pada pukul 12.00−18.00,” ungkap Nano.
Memang selepas menyelesaikan sif, mereka kadang tak bisa langsung istirahat. Ada yang membantu petugas lain. ”Loyalitas tanpa batas teman-teman petugas penghitung,” kata dia.
Penghitungan tersebut harus selesai dalam waktu kurang dari 24 jam. KPU Surabaya sampai memberi tahu Pemkot Surabaya. Sebab, ada jam malam yang hanya sampai pukul 22.00. Para petugas juga tetap mengikuti protokol kesehatan. Mulai wajib pakai masker hingga jaga jarak. Kontainer plastik yang dibawa paslon Yasin-Gunawan juga harus disemprot dengan disinfektan dulu di bagian luarnya.
”Ketika kantuk hebat menyerang, kopi pahit salah satu ’doping’ alami,” ungkap Nano. Hingga berita ini ditulis, para petugas masih berjibaku dengan kertas dukungan untuk dihitung. Ruangan lantai 1 KPU Surabaya nyaris penuh oleh kertas dan kontainer.
Sementara itu, Agus Tri Harsoyo, tim sukses Yasin-Gunawan, menuturkan bahwa timnya bekerja keras untuk menyiapkan dukungan perbaikan itu. Yang menegangkan adalah saat memfotokopi lembar B.1.1-KWK perbaikan yang dicetak dari silon. Mereka harus melengkapi berkas tersebut, padahal sudah pukul 20.30. ”Fotokopinya untung masih buka. Sampai pukul 23.00, akhirnya fotokopi selesai,” kata pria yang akrab disapa Gus Tri itu.
Saking banyaknya berkas yang difotokopi, biayanya mencapai Rp 800 ribu. Sebab, ada ribuan dokumen yang harus digandakan. ”Fotokopinya disebar di lima tempat. Kalau nggak gitu, ya nggak ngatasi,” imbuh dia. Tim sukses juga harus hadir pada saat penghitungan tersebut. Banyaknya jumlah dokumen membuat mereka kelelahan. ”Spaneng karena capek. Akhirnya supoyo ndang mari, orang-orang diberi minuman yang mengandung jeruk,” ujar dia.