Guru Datangi Rumah Siswa
Kelas Offline Khusus untuk Yang Terkendala Belajar secara Daring
SURABAYA, Jawa Pos ‒ Risqi dan dua temannya tampak semringah menyambut kehadiran guru bahasa Inggris Enti Haidaroh serta guru seni dan budaya Sholeh A. Surjanto ke rumahnya kemarin (28/7). Tiga siswa SMP Muhammdiyah 14 tersebut mendapatkan materi pelajaran secara tatap muka. Tentu dengan menjalankan protokol kesehatan secara ketat. Memakai masker dan tetap menjaga jarak aman. Sementara itu, guru juga memakai face shield unutk melengkapi masker.
Mengapa belajar tatap muka?
Hingga kini, sistem pembelajaran memang masih secara daring (dalam jaringan) atau online. Namun, ada problem yang muncul. Banyak siswa yang terkendala belajar daring. Penyebabnya, antara lain, tidak memiliki smartphone, komputer, atau laptop. ’’Senang bisa ngikutin pelajaran lagi. Kemarin sempat absen karena HP-nya bergantian dengan kakak,’’ tutur Risqi. Begitu pula Ridho, siswa kelas VIII, yang mengalami hal serupa. ’’HP-nya sering diservis jadi nggak bisa rutin ikut kelas online,’’ ucapnya.
Untuk menyiasati hal tersebut, SMP Muhammadiyah 14 Surabaya, Tandes, melakukan sistem belajar secara offline (luar jaringan) kepada beberapa siswa. Siti Solichah selaku tim kurikulum SMP Muhammadiyah 14 Surabaya mengatakan, tim pendidik tidak boleh membuat siswa merasa terbebani. ’’Kami putuskan datang ke rumah siswa. Mengajar langsung,’’ ujarnya saat ditemui kemarin. Jumlah siswa yang belajar offline tidak banyak. Siswa dan guru juga wajib mematuhi protokol kesehatan. Siti menyebutkan, siswa yang ikut belajar offline hanya tiga orang. Durasinya bebas. ’’Kondisional. Misal, siswanya masih pengin tambah lagi belajarnya ya tidak masalah,’’ tambahnya.
Keputusan itu diambil berdasar evaluasi setelah ajaran baru pada 13 Juli lalu. Hasilnya, Kepala SMP Muhammadiyah 14 Hanif Ashar menuturkan, beberapa siswa tidak ’’hadir’’ dalam pembelajaran online. Guru mencari tahu.
Dia menilai praktik pembelajaran online tidak semudah yang dibayangkan siswa dan orang tua yang kurang mampu. ’’Jangankan laptop, ponsel saja ada yang tidak punya. Maka, inilah inisiatif sekolah dalam mengatasi ketertinggalan proses belajarmengajar,’’ jelas Hanif.
Hanif menyebutkan, total ada 30 siswa yang belajar secara offline. Perinciannya, kelas VII sebanyak 12 siswa, kelas VIII sejumlah 10 siswa, dan kelas IX ada 8 siswa. Para siswa dikelompokkan berdasar tempat tinggal untuk menentukan lokasi belajar offline.
Hanif menambahkan, lokasi belajar offline yang dipilih tidak boleh terlalu jauh dari jangkauan siswa. Jadi, siswa tidak akan terbebani untuk berangkat belajar.
Jangankan laptop, ponsel saja ada yang tidak punya. Maka, inilah inisiatif sekolah dalam mengatasi ketertinggalan proses belajarmengajar.”
HANIF ASHAR
Kepala SMP Muhammadiyah 14