Jawa Pos

Kerja Sama dengan Yang Tepercaya

-

ADAPTASI novel ke medium film tak selalu memenuhi ekspektasi penggemar. Penulis Eka Kurniawan mencontohk­an salah satu karya sastra yang mengalami kejadian seperti itu dalam blognya. Yakni, Love in the Time of Cholera karya Gabriel Garcia Marquez.

’’Yang kupelajari dari kasus-kasus seperti itu adalah bekerja dengan sutradara yang kamu percaya,’’ tulis Eka dalam surelnya kemarin (1/8). ’’(Memindahka­n novel ke medium film) ini seperti menitipkan anak. Kamu harus percaya dan kenal dengan ayah asuh anakmu, karena tanpa itu mending nggak usah,’’ lanjut Eka.

Novel ketiga Eka yang terbit 2014, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (SDRHDT), sedang dipersiapk­an untuk hadir di layar lebar. Film yang dijuduli sama dengan judul novelnya itu akan disutradar­ai Edwin. Sayang, pandemi Covid-19 membuat proses produksi SDRHDT tersendat.

Rabu lalu (29/7) Eka dan Edwin berbicara soal proses kreatif

SDRHDT di kanal Instagram @ palarifilm­s dan @kiosojokeo­s dengan dipandu vokalis Efek Rumah Kaca (ERK) Cholil Mahmud.

SDRHDT berkisah tentang sang tokoh, Ajo Kawir, yang berupaya membangunk­an ’’burungnya’.’ Tapi, berbagai langkah yang ditempuh tak membuahkan banyak hasil. Ajo Kawir bahkan sempat punya pikiran untuk memotong alat vitalnya. Dan Ajo Kawir demikian menaruh dendam kepada orang yang membuat kelaminnya tak berfungsi.

’’Tak hanya Ajo Kawir yang punya karakter kuat, namun juga ada Iteung, Juwita, dan yang lainnya. Dan ini jadi tantangan tersendiri untuk menghidupk­an kembali tokoh tersebut lewat media film,’’ kata Edwin.

Sutradara yang meraih Piala Citra lewat Posesif itu tak banyak membocorka­n perihal produksi film SDRHDT. Sejauh ini, aktris yang terkonfirm­asi dan diumumkan menjadi bagian SDRHDT adalah Ladya Cheryl.

Nah, Edwin melanjutka­n, dirinya mencoba merekonstr­uksi imajinasi yang dihadirkan dalam novel tersebut. Salah satunya menghadirk­an konsep waktu akhir 1980-an hingga awal 1990an. Untuk tempat, sesuai dengan alur cerita, harus ada jalan di tepi pantai dan kawasan desa.

’’Bayangan saya sekitar Cirebon, Indramayu, atau Kuningan. Itu kan daerah yang cukup komplet. Ada pesisir pantai dan pegunungan,’’ ucap Edwin. Namun, Edwin merasa kesulitan untuk menghadirk­an logat penduduk sekitar.

Termasuk untuk para figuran.

Selain tiga daerah di Jawa Barat itu, area yang diincarnya adalah Rembang. Kota itu disebut Edwin juga memiliki kekayaan alam yang komplet untuk mendukung pembuatan film.

Lantas, siapa yang akan memerankan aktor utama pria? Edwin enggan menjawab. Dia menyatakan sudah melakukan seleksi untuk Ajo Kawir. ’’Keputusann­ya belum sekarang kata produserny­a,’’ tutur Edwin.

Edwin tahu kesulitan yang menantinya cukuplah besar. Membuat film dari sebuah novel pasti menjadikan sang sutradara dihadapkan pada pembaca yang kelak juga menjadi penonton yang memiliki imajinasi sendiri.

’’Imajinasi ini bisa jadi nilai lebih sekaligus kontraprod­uktif. Saya percaya ada yang fanatik soal buku ini dan berpandang­an kalau misal tokoh Ajo Kawir haruslah berambut gondrong,’’ ujar Edwin.

 ??  ?? DALAM PROSES: Penulis novel Eka Kurniawan berbincang dengan sutradara Edwin yang dipandu Cholil Mahmud soal adaptasi novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas ke dalam medium film pada Rabu (29/7).
DALAM PROSES: Penulis novel Eka Kurniawan berbincang dengan sutradara Edwin yang dipandu Cholil Mahmud soal adaptasi novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas ke dalam medium film pada Rabu (29/7).

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia