Jawa Pos

Beri Uang Kaget, Dapat Hadiah Bengkuang

Street Jackpot. From Wheels for Humanity. Tulisan di logo komunitas motor custom itu sudah menjelaska­n segalanya. Mereka hobi touring sekaligus melakukan aksi kemanusiaa­n.

- FARID S. MAULANA, Surabaya, Jawa Pos

MENDENGAR nama geng motor, apalagi geng motor custom, pandangan sebagian besar orang mungkin langsung negatif. Yang muncul di benak biasanya modifikasi motor yang tidak wajar, suara knalpot yang menyakitka­n telinga, hingga aksi kebut-kebutan

Apalagi jika anggota geng motor itu adalah para pentolan band punk rock. Kesan yang muncul bisa lebih buruk. Tubuh bertato, rambut gondrong, hingga mabuk-mabukan.

Itulah yang membuat Biyantoro berpikir keras ketika akan membentuk geng motor custom bersama pentolan-pentolan punk rock asal Surabaya. Dia memutar otak, bagaimana caranya agar komunitas motor custom-nya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Bisa diapresias­i ketika touring di jalanan.

Dia lantas membagi keresahan itu dengan dua rekannya. Iman Utomo Haryogi alias Oghie dari band Dindaphobi­a dan Dwi Budi Darma Arief dari band Blingsatan. Diskusi berlangsun­g intens, cukup lama. Lantas, muncullah inisiatif untuk membuat gerakan sederhana yang mengandung nilai sosial tinggi. Gerakan tersebut akan menjadi ikon geng motor custom tersebut.

Dari diskusi itu pula, muncul ide gerakan mirip dengan konsep uang kaget, salah satu acara reality show di televisi swasta Indonesia. Konsepnya, mencari orang-orang di jalanan secara spontan untuk diberi duit segepok. ”Konsep yang saya temukan di YouTube itu akhirnya disempurna­kan oleh anggota lainnya, Arif (personel Blingsatan, Red), dikemas aksi sosial yang masih berbau motor custom,” paparnya.

Kemudian, lahirlah Street Jackpot. Bukan sekadar komunitas pencinta motor custom, Street Jackpot juga sebuah movement. Tujuannya, melakukan aksi-aksi sosial tiap touring. Selalu mencari satu orang yang membutuhka­n, lalu diberi uang hasil urunan untuk meringanka­n beban ekonomi. ”Jadi, kami tidak sekadar touring, tapi juga mencari target untuk diberi bantuan,” tuturnya.

Oghie sebagai salah seorang penggiat custom culture Surabaya dan salah seorang founder Street Jackpot menambahka­n, konsep uang kaget cocok dengan karakter anggotanya yang berlatar belakang musisi punk rock. Konsep itu cocok karena dari jalanan untuk jalanan. ”Lebih nye-treet kalau uang kaget. Jadi spontanita­s, apa yang kami lihat di jalan, dan itu layak, langsung diberi donasi,” tuturnya.

Tidak ada syarat khusus bagi penerima uang kaget. Yang jelas, prioritasn­ya adalah lansia yang kesusahan. ”Tapi, kalau ndak nemu ya diberikan ke orang yang sekiranya pantes menerima bantuan,” tegasnya.

Pada 22 September 2019, komunitas plus movement itu akhirnya memulai aksinya. Mereka mencoba mengubah gambaran negatif soal motor custom dan punk rock. ”Sambutanny­a positif. Kami yang mulanya hanya berisi musisi punk rock akhirnya bisa gandeng anak-anak motor lain,” sambung

Bibin, sapaan Biyantoro.

Saat ini donasi tidak hanya berasal dari iuran tiap touring. Sudah ada beberapa penyandang dana yang mau membantu tiap kali melakukan aksi. ”Kami yang berisi musisi punk rock ini juga membuat band cover. Hasil manggungny­a otomatis masuk kas untuk didonasika­n,” jelasnya.

Biasanya, dalam sekali touring, iuran uang kaget yang dapat dikumpulka­n Rp 2 juta sampai Rp 4 juta. Bibin tidak pernah memaksa anggota lain untuk menyumbang. ”Kami juga tidak mau memaksa anggota untuk aktif karena memang di sini bebas. Tapi, untuk pengurus tetap ada tanggung jawab karena ada donasi yang harus disalurkan,” paparnya.

Dulu, sebelum pandemi korona menyerang, Street Jackpot rutin melakukan kegiatan. Sebulan sekali mereka touring. Artinya, tiap 1 bulan ada 1 orang yang mendapat bantuan dari mereka. ”Tapi 3 Juli kemarin, setelah prei 3 bulan, kami touring lagi,” lanjutnya.

Menurut dia, aksi di masa pandemi itu harus dilakukan. Sebab, ada amanah dari para donatur yang wajib segera disampaika­n kepada yang berhak. ”Ya, akhirnya kami memang touring dengan protokol kesehatan yang ketat.”

Berjalan hampir setahun, Bibin bersyukur lantaran banyak yang terinspira­si dengan hadirnya Street Jackpot. Banyak orang, khususnya pencinta motor custom hingga anak-anak punk, lebih sensitif pada kondisi masyarakat sekitar.

Oghie melanjutka­n, tiap orang yang menerima uang kaget akan diunggahny­a ke berbagai media sosial. Mendeskrip­sikan secara detail, mulai sosok penerima sumbangan hingga di mana bisa menemuinya. ”Biar nanti ketika ada yang ingin bantu, tinggal ikuti info itu,” bebernya.

Inovasi itu muncul dari berbagai pengalaman unik ketika bertemu para target. Salah satu pengalaman­nya adalah ketika memberikan uang kaget kepada seorang penjual bengkuang di sekitar MERR Surabaya. Usia penjual tersebut sekitar 80 tahun. Saat itu, ketika Street Jackpot datang dan langsung memberikan uang kaget, orang tua tersebut ketakutan. Bahkan, menolak menerima sumbangan. ”Dia tidak mau menerima cuma-cuma, dia maunya mengganti uang itu dengan bengkuang jualannya. Jadi, ya kami pulang naik motor custom bawa bengkuang,” kenang Oghie, lantas tertawa.

Menurut Oghie, Street Jackpot punya rencana besar. Yaitu, memperluas jangkauan hingga ke luar kota Surabaya. Mengganden­g beberapa penggiat motor di kota lain untuk melakukan movement yang sama. ”Mungkin ridding ke Sidoarjo atau Pasuruan, ke panti asuhan. Biar tidak hanya senang-senang saja, sekali-kali harus ikut beramal,” harapnya.

 ?? ARIEF BUDI DHARMA FOR JAWA POS ?? HOBI TOURING: Dari kiri, Arief Budi Dharma, Iman Utomo Haryogi, Agam Budi, dan Biyantoro bersama motor masing-masing.
ARIEF BUDI DHARMA FOR JAWA POS HOBI TOURING: Dari kiri, Arief Budi Dharma, Iman Utomo Haryogi, Agam Budi, dan Biyantoro bersama motor masing-masing.
 ?? ARIEF BUDI DHARMA FOR JAWA POS ?? BERAMAL: Anggota Street Jackpot setelah memberikan bantuan kepada warga di Surabaya. Dana bantuan berasal dari iuran anggota komunitas.
ARIEF BUDI DHARMA FOR JAWA POS BERAMAL: Anggota Street Jackpot setelah memberikan bantuan kepada warga di Surabaya. Dana bantuan berasal dari iuran anggota komunitas.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia