DARI MISTER UNTUK SANG FILSUF
Arteta Bawa Arsenal Menangi Piala FA
LONDON, Jawa Pos – Rasanya baru kemarin Mikel Arteta angkat koper dari Etihad Campus, sebutan untuk markas latihan Manchester City.
Arteta baru 227 hari meninggalkan mentornya, pelatih City Pep Guardiola, untuk memulai karirnya sebagai pelatih di Arsenal.
Namun, di Stadion Wembley kemarin (2/8), Arteta menandai separo musim pertamanya bersama The Gunners –julukan Arsenal– dengan mempersembahkan gelar juara Piala FA. Itu adalah titel Piala FA ke-14 Arsenal atau menjadi tim tersukses. Dua kali lebih banyak ketimbang Manchester United. Arsenal sekaligus menunjukkan hegemoninya di Piala FA karena merengkuh gelar kali keempat dalam tujuh musim terakhir.
Piala FA yang diraih berkat kemenangan 2-1 atas Chelsea itu sekaligus menjadikan Arsenal tetap berkiprah di Eropa musim depan alias Liga Europa. Pierre-Emerick Aubameyang dkk sebelumnya gagal finis di zona Eropa dalam Premier League 2019– 2020 lantaran hanya menempati peringkat kedelapan.
Atas raihannya kemarin, Arteta pun tak lupa dengan asal-usulnya. Pria 38 tahun asal San Sebastian, Spanyol, itu memberikan apresiasi kepada Pep. ”Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pep. Dia sosok kunci dalam perkembanganku sebagai pelatih. Tanpanya, aku tak akan berada di sini,’’ ucap Arteta yang sukses mengalahkan Pep dalam semifinal Piala FA kepada BT Sport.
Sebagai tangan kanan Pep, Arteta sudah menyerap banyak ilmu dari pelatih berjuluk Sang Filsuf tersebut. Selain Pep, pelatih kebugaran City Lorenzo Bonaventura dianggapnya sebagai sosok yang membentuk kemampuan taktikalnya. ”Mereka selalu memercayaiku, memberiku kesempatan luar biasa untuk bekerja dengan mereka,’’ sambung pelatih yang kini familier dengan julukan Mister tersebut.
Memenangi Piala FA di musim pertama (bahkan separo musim) menjadikan Arteta lebih baik ketimbang Pep maupun pelatih Spanyol lainnya di Inggris. Rafael Benitez bersama Liverpool pada 2005−2006 meraihnya di musim kedua. Pep dan City meraihnya musim lalu atau terjadi di musim ketiga. Yang paling lama adalah Roberto Martinez dengan Wigan Athletic (2012– 2013).
Football London dalam analisisnya menulis bahwa Arteta kembali menunjukkan kepiawaiannya dalam taktik di final Piala FA. Skema 3-4-3 bisa seketika menjadi 2-3-5 dalam posisi menyerang. Kedua wingback Hector Bellerin dan Ainsley Maitland-Niles bisa berdiri melengkapi Aubameyang, Alexandre Lacazette, dan Nicolas Pepe.
Lalu, bek tengah David Luiz yang memang punya naluri menyerang bisa masuk ke lini tengah sebagai ball playing defender.
Yang mungkin membedakan Arteta dengan Pep, Mister tak fanatik dengan penguasaan bola. Umpan bola-bola jauh tidak masalah asal efektif. ’’Perubahannya sederhana, menempatkan bola dari belakang ke depan dengan cepat ke area yang diisi Auba. Bukan sesuatu yang rumit. Namun, sebagai pelatih, dia berhasil dalam kesadaran taktikalnya,’’ puji mantan bek-kapten Manchester United Rio Ferdinand yang juga pandit di BT Sport.
Dinamisnya taktik Arteta itu diakui oleh tactician Chelsea Frank Lampard. ’’Kami sebenarnya sangat memahami potensi ancaman itu (taktik bola-bola panjang). Sialnya, kami malah mengizinkan mereka (pemain-pemain Arsenal) masuk dengan mudahnya,’’ keluh Frankie, sapaan akrab Lampard.