Komoditas Primadona, Dongkrak Ekonomi Warga
Kampung Cokelat di Bumi Mulyo Jati, Mojokerto, mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat. Bahkan, kampung yang menanam ribuan pohon cokelat (kakao) itu kemarin (4/8) mendapatkan kunjungan istimewa dari Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
’’Menanam kakao bisa mengungkit usaha ekonomi kecil di saat yang sulit seperti sekarang. Sebenarnya, kalau saya bukan menitikberatkan pada menanamnya. Tetapi, lebih pada proses selanjutnya, yaitu petik, olah, kemas, dan jual.”
KHOFIFAH INDAR PARAWANSA Gubernur Jawa Timur
GUBERNUR perempuan pertama di Jatim itu senang melihat Kampung Cokelat. ’’Saya suka cokelat dan pernah belajar khusus tentang kakao ini,” ujar mantan menko tersebut.
Kesukaan gubernur itu tampaknya tidak mengada-ada. Khofifah tampak menikmati suguhan permen cokelat dan minuman cokelat yang hangat.
Menurut gubernur, kakao menjadi kekayaan Indonesia yang istimewa, karena hanya bisa hidup di tanah yang dilalui garis khatulistiwa. ’’Lima tahun yang lalu, kakao yang terkenal dari Belgia. Tapi saya kurang suka karena rasanya pahit,” ujarnya.
Khofifah mendorong masyarakat menggalakkan tanaman kakao. Sebab, tanaman tersebut banyak dikonsumsi warga dan harganya selalu stabil. ’’Menanam kakao bisa mengungkit usaha ekonomi kecil di saat yang sulit seperti sekarang,” katanya.
’’Saya sangat menghargai upaya Gus Mul (Mulyono, pimpinan Kampung Cokelat Bumi Mulyo Jati, Red) mengajak masyarakat menanam kakao,” tambahnya.
Menurut Khofifah, Mulyono sudah banyak berprestasi. Dia bisa menggerakkan ekonomi masyarakat kecil dengan menanam cokelat. ’’Sebenarnya, kalau saya bukan menitikberatkan pada menanamnya. Tetapi, lebih pada proses selanjutnya, yaitu petik, olah, kemas, dan jual, yang termasuk dalam program Jatim Agro yang jadi program Gubernur dan Wagub Jatim,” jelasnya.
Khofifah melihat penanganan cokelat pascapanen belum maksimal. Karena itu, perlu rebranding agar cokelat menjadi primadona unggulan komoditas perkebunan.
Bahkan, Khofifah ingin cokelat bisa menjadi penganan yang bisa untuk oleh-oleh. Terutama untuk jamaah haji. Dia ingin bekerja sama dengan kemenag untuk mewujudkan itu. ”Cokelat di Bumi Mulyo Jati ini menanamnya dengan Bismillah, memupuknya dengan salawat, memetiknya dengan Alhamdulillah. Insya Allah, hasilnya berkah untuk jamaah haji,” tuturnya.
Untuk itu, para petani atau pengusaha cokelat di Bumi Mulyo Jati harus memulai membuat varian rasa cokelat seperti yang ada di Makkah, Madinah, atau Jeddah. ’’Nanti jamaah bisa membeli di asrama haji atau di airport untuk oleh-oleh. Namun, harganya harus lebih murah. Selisih 5 riyal saja, konsumen akan beli yang murah,” terangnya.
Khofifah juga meminta pengusaha cokelat untuk menggandeng muthowif dan muthowifah agar ikut memasarkan cokelat dalam negeri.
Gubernur sangat antusias membantu masyarakat mengembangkan komoditas cokelat di Jawa Timur. Pemprov Jawa Timur pun tak segan menggerojok dana melalui bank pemerintah provinsi, khususnya BPR Jatim Bank UMKM Jatim.
Kalau dulu nasabah atau masyarakat sulit mendapat akses ke bank, sekarang bank harus aktif melayani nasabah. Khofifah melihat ada over likuiditas di bank pemprov. Karena itu, dia memerintah jajaran bank untuk membantu pendanaan para petani cokelat.
Acara yang sekaligus untuk penandatangan peresmian gedung serbaguna Bumi Mulyo Jati oleh Gubernur Jatim tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pemprov Jatim Karyadi, Dirut Bank UMKM Jatim Yudhi Wahyu, dan jajarannya. Juga, Bupati Mojokerto Pungkasiadi, Muspika, serta undangan lainnya.
Sebelum foto bersama, gubernur sempat melihat minimarket yang menjual bermacam cokelat. Tak hanya permen dan berbagai makanan, tetapi juga cokelat untuk kosmetik. ”Yang penting kemasannya dibuat bagus sehingga pembeli akan tertarik,” kata Khofifah sambil memborong cokelat untuk oleh-oleh.