Bangun Literasi Digital sejak Dini
SURABAYA, Jawa Pos – Pola pengasuhan anak pada masyarakat modern sulit lepas dari gawai. Namun, gawai kerap menjadi ’’pisau’’ bermata dua. Pertama, bisa memberikan informasi yang sangat banyak kepada anak. Kedua, gawai juga dapat menjadi media yang justru merusak perkembangan anak jika pengelolaan penggunaannya tidak diatur.
Maka, di sinilah pentingnya literasi digital atau kecakapan dalam menggunakan media digital, alat komunikasi, serta jaringan. Anak harus diajari literasi. Tujuannya, ketika menerima informasi, anak dapat memanfaatkannya secara bijak.
’’Ini mutlak ya karena pasti ada gawai dalam kehidupan orang tua. Mau tidak mau, screen (layar) itu akan menjadi media bagi anak dalam menerima informasi,’’ kata psikolog pendidikan Ni Made Yanthi Ary Agustini dalam diskusi bertema ’’Peran Orang Tua dalam Pengawasan Literasi Digital pada Anak’’ kemarin (4/8).
Karena itu, Yanthi menyarankan agar penggunaan gawai dibatasi. Misalnya, satu jam sehari atau jika anak menonton menggunakan handphone dibatasi maksimal 1 film sehari. Ketika menggunakan gawai pun, orang tua tetap mendampingi dan mengawasi anak.
Misalnya, orang tua ikut berada di samping anak ketika mengakses internet atau menonton film. Atau, bertanya pada anak mengenai film apa yang akan ditonton. Setelah selesai menonton, orang tua dapat menanyakan pada anak mengenai kesannya pada film yang ditonton. Hal itu sekaligus dapat menjadi media untuk membangun komunikasi serta kedekatan antara orang tua dan anak.
Aturan menggunakan gawai harus dikomunikasikan dengan baik pada anak. ’’Banyak orang tua yang merasa anak tidak bisa diajak bicara. Padahal, jika orang tua dapat berkomunikasi asertif serta memberikan pesan dan contoh yang baik pada anak, komunikasi itu bisa dilakukan,’’ kata Yanthi.
Yanthi juga menyarankan orang tua agar tetap tegas, tetapi tidak lantas memarahi anak. Sebab, anak membutuhkan komunikasi yang ramah dan tegas, tetapi tidak membuat mentalnya down.