Jawa Pos

Habiskan Hari dengan Senam

Line Dance Bukan Lagi Belahan Jiwa, tapi Sudah seperti Nyawa

-

SURABAYA, Jawa Pos – Surabaya… Surabaya... oh Surabaya. Lagu Surabaya menggema mengiringi line dance di The Grand Palace Exhibition kemarin sore (4/8). Di antara ibu-ibu yang kompak mengenakan baju kotak-kotak merah itu, di barisan paling depan ada Kusnanik yang memimpin tarian dengan semangat sambil mengaba-aba setiap gerakan.

Bergerak mengikuti irama musik memang sudah menjadi ’’makanan’’ sehari-hari Kusnanik selama hampir 40 tahun terakhir. Menurut dia, kalau dirinya tidak bergerak sehari saja, rasanya ada yang kurang.

Perempuan 56 tahun itu kali pertama terjun ke dunia olahraga pada 1983. Saat itu dia baru saja lulus SMA dan mengambil jurusan olahraga di IKIP Surabaya yang kini sudah berganti nama menjadi Unesa. Kecintaann­ya terhadap olahraga terus mengalir hingga ke berbagai bidang. Meski spesialis yang diambilnya saat itu adalah tenis meja, Nanik sangat menyukai aerobik, senam, hingga line dance. Pokoknya bergerak dengan iringan musik.

’’Dari situ awalnya cuma menjadi asisten ngajar-ngajar senam dan sebagainya. Tapi, lama-lama kok suka beneran. Rasanya, ini salah satu olahraga yang caranya benerbener bisa bikin happy,’’ ujarnya saat ditemui di tengah-tengah pertemuann­ya kemarin.

Masa-masa muda hingga senjanya pun dipenuhi senam sana-sini setiap hari. Namun, saat pandemi ini merebak, perempuan yang juga seorang pengurus Persani (Persatuan Senam Indonesia) itu mulai jarang beraktivit­as. ’’Baru-baru ini aja, saat sudah masuk normal baru, mulai beraktivit­as lagi. Tapi, masih yang line dance aja,’’ ceritanya.

Dalam menekuni line dance, Nanik menyatakan tidak akan pernah pensiun sampai memang sudah tidak bisa menggerakk­an tubuhnya lagi. ’’Soalnya, bergerak kayak gini, baik di maupun senam, nggak hanya menyehatka­n jasmani dan rohani. Tapi, kebahagiaa­n itu terus mengalir. Kayak nggak pernah kesepian juga karena selalu ketemu temen di mana-mana,’’ jelasnya.

Karena sering bertemu dengan teman, dia percaya silaturahm­i yang terus terjalin itu bisa membuatnya terus bahagia dan panjang umur. Selain itu, efek baik menekuni dunia line dance adalah otaknya terus terpakai untuk menghafal gerakan. ’’Ini baik biar nggak cepet pikun. Soalnya, sekali musik itu disetel, badan ini sudah langsung otomatis bergerak menari. Menarinya pun nggak yang ngoyo. Pokoknya menyenangk­an dan dengan gaya yang cantik,’’ tutur perempuan yang juga pengurus di Ikatan Langkah Dansa Indonesia (ILDI) tersebut.

Koordinasi antara otak dan badan menjadi poin utama. Lagu apa pun bisa dipakai, tinggal disesuaika­n dengan style line dance. ’’Dari situ, bagi saya, line dance ini bukan lagi belahan jiwa lagi. Tapi seperti nyawa saya,’’ tandasnya.

 ?? PUGUH SUJIATMIKO/JAWA POS ?? SUDAH SUKA: Kusnanik di sela-sela mengiringi line dance di The Grand Palace Exhibition kemarin sore. Bagi dia, kalau tidak bergerak satu hari saja, terasa ada yang kurang.
PUGUH SUJIATMIKO/JAWA POS SUDAH SUKA: Kusnanik di sela-sela mengiringi line dance di The Grand Palace Exhibition kemarin sore. Bagi dia, kalau tidak bergerak satu hari saja, terasa ada yang kurang.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia