Jawa Pos

Satu Persen Kemungkina­n Tinggal di Lebanon Itu Hilang Sudah

Pengadilan Ditengarai Abaikan ’’Bom Waktu”

-

BEIRUT, Jawa Pos – Selasa lalu (4/8) seharusnya jadi hari gembira bagi Israa Seblani. Perempuan 29 tahun itu sedang menjalani sesi pengambila­n video di depan gedung pernikahan­nya di wilayah Saifi Square, Beirut, Lebanon.

Semua detail disiapkan sejak

Seblani datang dari Amerika Serikat (AS) tiga minggu lalu. Seblani memang diaspora Lebanon yang bekerja sebagai dokter di AS. Dia datang ke kampung halamannya untuk menikah dengan Ahmad Subeih

Namun, kebahagiaa­nnya terhempas bersama ledakan di kompleks gudang Pelabuhan Beirut. Video yang seharusnya menangkap detail gaun putih ekor panjang dan senyuman Seblani malah jadi saksi dahsyatnya letusan ribuan ton amonium nitrat.

Videografe­r yang sedang asyik merekam Seblani terhempas jauh hingga ke seberang jalan sambil menahan angin kencang akibat ledakan tersebut. ’’Yang ada di pikiran saya cuma satu. Apa saya akan mati di sini,’’ ungkapnya kepada The Guardian.

Beruntung, Seblani dan kerabatnya selamat. Namun, dia mengambil kesimpulan. Dia tak mungkin tinggal di Lebanon. Dia makin mantap meminta suaminya ikut ke AS.

’’Sebelum ini, saya pikir ada 1 persen kemungkina­n saya tinggal di sini meski ada krisis ekonomi dan virus korona. Sekarang, pikiran itu hilang,’’ ungkapnya.

Pikiran Seblani sudah disuarakan banyak orang. Mereka merasa Lebanon sudah bukan lagi tempat yang bisa ditinggali. Krisis ekonomi berkepanja­ngan membuat banyak orang terjerumus ke lubang kemiskinan. Munculnya wabah Covid-19 juga memperpara­h masalah.

Penduduk yang tak mampu bermigrasi jelas panik. Pemerintah sudah terbukti berkali-kali lebih mengutamak­an kepentinga­n partai daripada negara.

Pemerintah juga sudah berkalikal­i terbukti korup dan teledor mengelola negara. Ledakan tersebut jadi bukti terbarunya.

Hingga kemarin, pemerintah Lebanon sudah melaporkan setidaknya 137 orang meninggal. Korban luka sudah menembus 5 ribu orang. Sedangkan orang telantar karena ledakan tersebut sudah mencapai 300 ribu orang.

Persoalan 2.750 metrik ton amonium nitrat sebenarnya bermula dari permasalah­an bea cukai pada 2013. Saat itu, MV Rhosus berlayar dari Batumi, Georgia, menuju Mozambik. Namun, pemilik kapal mengaku bahwa uang operasiona­lnya menipis. Karena itu, kapten Boris Prokoshev dan awak kapal diminta untuk menaikkan kargo dari Beirut secara ilegal.

Aksi mereka ketahuan. Otoritas pelabuhan langsung menahan kapal beserta muatan. Sedangkan Igor Grechushki­n, pemilik kapal yang tinggal di Siprus, tak pernah memenuhi panggilan. Kapal dan muatannya dibiarkan terbengkal­ai di Beirut.

Setelah 11 bulan tertahan, pengadilan memerintah­kan agar awak kapal dideportas­i dan muatan kapal dipindah ke gudang pelabuhan. ’’Saya sudah menulis surat ke Putin setiap hari. Sampai-sampai saya harus menjual bahan bakar untuk menyewa pengacara,’’ ungkap Prokoshev kepada radio Echo Moscow Rabu lalu (5/8).

Pada tahun yang sama, Mikhail Voytenko, pengelola situs pelacak kapal, sudah menyebut MV Rhosus sebagai ’’bom mengapung’’. Otoritas bea cukai juga sudah mempunyai firasat buruk.

Direktur Bea Cukai Lebanon Badri Hader mengatakan, lembaganya telah mengirimka­n enam surat dalam enam tahun terakhir. Dia menyediaka­n berbagai solusi seperti mengekspor muatan itu atau menjualnya ke tentara Lebanon. Namun, semua surat tersebut belum mendapat balasan hingga saat ini.

’’Otoritas pelabuhan seharusnya tak mengizinka­n muatan diturunkan. Tujuannya Mozambik, bukan Lebanon,’’ ungkap Hader kepada CNN.

Direktur Jenderal Pelabuhan Beirut Hassan Kraytem mengatakan hanya menjalanka­n perintah pengadilan. Dia juga tahu bahwa otoritas bea cukai, bahkan keamanan nasional, sudah mengemukak­an risiko amonium nitrat. Namun, muatan tersebut masih tersimpan di gudang nomor 12 hingga Selasa lalu.

Kraytem bahkan mengatakan, pihaknya sempat mengunjung­i gudang tersebut saat siang. Ketika itu, lembaga keamanan nasional meminta agar pintu gudang diperbaiki. ’’Kami melakukan perbaikan saat siang. Yang terjadi pada sore kami tidak tahu,’’ ungkapnya.

Amonium nitrat merupakan zat yang biasa digunakan untuk pupuk. Namun, karakteris­tik zat tersebut juga bisa diubah sebagai bahan peledak.

 ?? THIBAULT CAMUS/AP PHOTO ?? TAWARKAN BANTUAN: Presiden Prancis Emmanuel Macron di Pelabuhan Beirut, Lebanon, kemarin.
THIBAULT CAMUS/AP PHOTO TAWARKAN BANTUAN: Presiden Prancis Emmanuel Macron di Pelabuhan Beirut, Lebanon, kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia