Jawa Pos

Pemda Lebih Baik daripada Pemerintah Pusat

Survei Indikator tentang Penanganan Covid-19

-

JAKARTA, Jawa Pos – Masyarakat kalangan elite menilai kinerja pemerintah daerah jauh lebih baik daripada pemerintah pusat dalam penanganan Covid-19. Pemerintah daerah mendapat nilai lebih positif dalam tanggap darurat, lebih peka terhadap krisis, serta lebih mampu berkomunik­asi dengan masyarakat.

Penilaian itu terekam dari hasil survei yang Indikator Politik Indonesia kemarin (20/8). Survei melibatkan 304 orang opinion leader dari 20 kota se-Indonesia. Ada yang berlatar belakang akademisi, pengusaha, pimpinan perusahaan media, tokoh jurnalis, hingga tokoh pegiat masyarakat sipil.

”Memang secara umum penilaian pemerintah daerah dalam menghadapi pandemi ini lebih baik dari pusat,” kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddi­n

Muhtadi dalam paparan secara virtual kemarin.

Dalam hal tanggap darurat, misalnya. Sebanyak 50,7 persen responden menilai pemerintah pusat lambat dalam penanganan wabah. Di sisi lain, 62,2 persen menganggap pemerintah daerah tanggap dalam menangani wabah virus korona.

Pemerintah daerah juga menunjukka­n kepekaan yang lebih baik terhadap krisis yang ditimbulka­n akibat wabah virus korona. Nilainya, 71,7 persen menyebut pemda sudah bagus dalam penanganan krisis. Sedangkan 39,5 persen menganggap pemerintah pusat kurang peka terhadap krisis.

Pemerintah daerah juga unggul dalam koordinasi kerja dengan tim maupun masyarakat­nya. Sebanyak 68,4 persen menilai daerah lebih baik dalam koordinasi dan komunikasi ke masyarakat. Sedangkan 41,4 persen menilai pusat buruk dalam koordinasi kerja. ”Ini betul-betul masukan kepada pemerintah pusat. Karena respons pemerintah daerah dianggap lebih baik selama penanganan pandemi,” jelas Burhanuddi­n.

Para opinion leader menilai, masih banyak kekurangan pada pihak pemerintah pusat. Khususnya yang menyangkut manajemen selama penanganan pandemi. Sebanyak 57,2 persen menilai, aturan atau perundanga­n yang dikeluarka­n untuk menangani pandemi kurang atau tidak terintegra­si sama sekali kepada seluruh sektor dan hierarki pemerintah­an.

Selain belum terintegra­si dengan baik, 61,2 persen responden menganggap pemerintah juga dinilai kurang konsisten dalam melaksanak­an aturan atau perundanga­n yang telah ditetapkan sendiri.

Guru besar Universita­s Airlangga (Unair) Prof Kacung Marijan yang hadir sebagai narasumber mengatakan, pandemi Covid-19 merupakan ujian besar bagi kepemimpin­an di Indonesia. Sebab, mengelola pemerintah­an di era krisis sangat tidak gampang. ”Apalagi, ini bersifat jangka panjang. Ekonomi juga masih akan berat,” kata Kacung Marijan.

Di luar dampak krisis yang ditimbulka­n, pandemi yang menimbulka­n krisis bidang kesehatan dan ekonomi, jelas dia, situasi pandemi bisa menempa sosoksosok calon kepemimpin­an nasional ke depan. Apalagi, sejumlah nama kepala daerah digadangga­dang akan ambil bagian dalam kontestasi Pilpres 2024.

”Bagus juga untuk mencari bibitbibit kepemimpin­an menuju 2024,” papar Kacung.

 ?? MIFTAHULHA­YAT/JAWA POS ??
MIFTAHULHA­YAT/JAWA POS
 ??  ?? GERAKAN BERSAMA: Warga melintas di depan mural bertema Lawan Covid-19 di kawasan Jakarta Timur, Kamis (20/8). Penanganan Covid-19 membutuhka­n kesadaran semua masyarakat untuk rajin mencuci tangan, disiplin menjaga jarak, dan mengenakan masker.
GERAKAN BERSAMA: Warga melintas di depan mural bertema Lawan Covid-19 di kawasan Jakarta Timur, Kamis (20/8). Penanganan Covid-19 membutuhka­n kesadaran semua masyarakat untuk rajin mencuci tangan, disiplin menjaga jarak, dan mengenakan masker.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia