Kolaborasi demi Efisiensi Logistik
SURABAYA, Jawa Pos – Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020‒2024 berkaitan erat dengan sektor logistik. Beberapa targetnya adalah menciptakan kemudahan berbisnis, menurunkan biaya logistik, serta mengurangi disparitas harga antara wilayah barat dan timur.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Agung Kuswandono mengatakan bahwa pemerintah pun bercita-cita membawa Indonesia masuk rantai suplai logistik dunia. ”Pada intinya, permasalahan dan target-target terkait dengan penataan ekosistem logistik nasional seperti itu harus dikerjakan bersama secara holistik demi membangun keterpaduan logistik di tanah air,” tuturnya kemarin (20/8).
Menurut Agung, semua pelaku bisnis multimoda harus mau berkolaborasi dalam mewujudkan efisiensi logistik. Dia lantas menyebut pengembangan pelabuhan sebagai contoh. Pelabuhan yang baik harus terkoneksi dengan jalan dan layanan trucking serta mempunyai fasilitas pendukung seperti cold storage untuk komoditas pangan.
”Selain itu, pelabuhan dengan manajemen digital yang efektif perlu dikembangkan untuk operasional yang efisien. Semua itu harus dikerjakan bersama oleh para pelaku bisnis logistik, tidak bisa sektoral,” jelasnya.
Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Logistik, Multimoda, dan Keselamatan Cris Kuntadi menggarisbawahi perlunya terobosan bersama untuk menciptakan logistik yang efisien. Misalnya, menghidupkan kembali atau membangun jalur kereta api sebagai akses pelabuhan. Itu bisa mengurangi konsumsi BBM untuk truk yang masih mendominasi porsi moda angkutan di Indonesia.
Selanjutnya, perlu ada perimbangan porsi angkutan logistik di Indonesia. Sebab, saat ini angkutan logistik masih terlalu mengandalkan angkutan jalan (darat).
Persentasenya mencapai 90,4 persen. Sementara itu, persentase angkutan laut hanya 7 persen dan penyeberangan (feri) hanya 2 persen. Kemudian, persentase kereta api malah hanya 0,6 persen.
Direktur Utama Pelindo Marines (Pelindo III Group) Eko Hariyadi Budiyanto menyatakan bahwa marine & logistics merupakan sektor jasa yang relatif bisa bertahan. Bahkan, pada masa pandemi. ”Potensi ekonomi dari sektor marine & logistics juga masih terbuka lebar dari pasar internasional. Misalnya, jasa pemanduan di Selat Malaka, perairan internasional di wilayah Indonesia, Malaysia, dan Singapura,” ujarnya.
Eko menuturkan, setidaknya ada sekitar 75 ribu kapal per tahun yang melintasi Selat Malaka. Pelindo Marines sudah menggarap jasa pemanduan internasional tersebut. ’’Bukan hanya pemanduan kapal, tetapi bisa juga dikembangkan ke penundaan kapal, ship-to-ship transfer, bunkering, supplies, spare parts, hingga kru kapal,’’ katanya.