Jawa Pos

Covid-19 Masih Berbahaya

- (*)

LUHUT Binsar Panjaitan dalam sebuah webinar baru-baru ini mengeklaim bahwa pemerintah mulai bisa mengendali­kan Covid19. Kendati demikian, menteri koordinato­r bidang kemaritima­n dan investasi itu menyebut pemerintah masih berhati-hati terkait penanganan tersebut. Dia juga menyampaik­an optimismen­ya bahwa vaksin akan tersedia pada medio 2021.

Pernyataan itu harus ditanggapi dengan hatihati. Sebab, data dan fakta yang ada menyebutka­n bahwa Covid-19 masih merupakan ancaman sangat serius di Indonesia. Hingga kemarin, masih ada pertambaha­n 1.900-an dengan total kasus mencapai 145 ribu. Sebuah lembaga internasio­nal memperkira­kan, dengan tingkat tes masih di bawah rata-rata seperti ini saja, jumlah penderita pada September akan mencapai 200 ribu dan Oktober 400 ribuan.

Sekali lagi, dengan catatan tingkat tes seperti ini. Artinya, jumlah kasus riil bisa jauh di atas itu. Peringatan ini perlu disampaika­n karena pernyataan ’’positif” seperti itu makin menghilang­kan unsur kewaspadaa­n terkait bahaya Covid-19. Ada empat tingkatan perlindung­an. Yakni, perlindung­an nasional (skala nasional dan dipimpin negara), perlindung­an regional (kebijakan provinsi), perlindung­an komunitas (sekolah, lingkungan kerja, dan tempat tinggal), serta perlindung­an diri.

Kita semua tahu bahwa tiga tingkat perlindung­an sudah jebol. Negara tampaknya memberlaku­kan herd immunity. Bahkan, mobilitas antarwilay­ah di Indonesia kini sudah sangat longgar. Kemudian, perlindung­an regional kini juga nyaris tidak ada, mengikuti kebijakan pusat. Untuk komunitas? Tampaknya juga sudah dijebol. Memang masih ada kampung tangguh dan kampung sehat, tapi banyak sekolah dan pondok pesantren yang kembali membuka pembelajar­an tatap muka. Satu hal yang riskan menjadi klaster baru.

Praktis tinggal perlindung­an dari diri sendiri. Pertanyaan­nya, cukupkah perlindung­an diri sendiri? Sampai batas-batas tertentu memang bisa, tapi namanya manusia dan harus berinterak­si dengan yang lain, maka akan jebol juga. Kita seperti mengambil tumpukan kartu dan berharap tak mendapatka­n kartu Covid-19.

Secara umum pun, kondisi menunjukka­n hal yang lebih buruk. Pertambaha­n kasus terus meningkat, korban jiwa juga terus berjatuhan. Kalangan medis sudah tertekan habis-habisan. Maka, klaim optimistis bahwa Indonesia sudah mengendali­kan Covid-19 pun terasa seperti memberikan false sense of security.

Ekonomi memang harus berjalan. Namun, protokol dan hal-hal yang belum signifikan seperti pembukaan pembelajar­an tatap muka benarbenar harus ditinjau lagi. Sangat mungkin vaksin memang akan tersedia pada medio 2021 dan itu masih satu tahun lagi. Apa yang terjadi dalam setahun kemudian? Ingat, Indonesia baru melaporkan kasus pertama pada 2 Maret 2020. Lima bulan kemudian, kondisinya sudah seperti ini. Apa yang akan terjadi setahun kemudian?

 ?? ILUSTRASI BAGUS/JAWA POS ??
ILUSTRASI BAGUS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia