Telaga Mengering, Warga Andalkan Dropping Air
Dampak Kekeringan Diprediksi hingga Oktober
LAMONGAN, Jawa Pos – Terpal di pinggir jalan Desa Bedingin, Kecamatan Sugio, itu ditata menyerupai kolam. Jeriken dan ember sudah diletakkan berjajar di sekeliling terpal. Si empunya menunggu di dekat kolam buatan tersebut demi mendapatkan air bersih.
Ketika terpal diisi air, mereka bergegas mendekat. Dengan alat seadanya, timba maupun bekas kaleng cat, warga mengisi jeriken dan ember yang dibawanya. Meskipun air bantuan itu berwarna keputihan karena dicampur kaporit, warga tetap mengambilnya. Mereka tak punya pilihan. Telaga tempat mereka mendapatkan suplai air seharihari telah mengering akibat kemarau.
Desa Bedingin menjadi salah satu desa yang kesulitan mendapatkan air bersih. Warga setempat hanya mengandalkan dropping air dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan. ’’Sudah dua minggu ini terjadi kekeringan,’’ tutur Dwi Wijayanti, salah seorang warga desa setempat yang turut mengantre, kepada Jawa Pos Radar Lamongan kemarin (31/8).
Kasi Tanggap Darurat BPBD Lamongan Muslimin menyatakan, kekeringan terjadi di wilayah selatan dan tengah. Sebab, surat permintaan air bersih saat ini berasal dari Kecamatan Modo dan Sugio. ’’Ini sudah memasuki kemarau. Khususnya wilayah selatan dan tengah mulai kekeringan,’’ tuturnya.
Dia berjanji mengkroscek ke lapangan terkait kebenaran adanya kekeringan di wilayah tersebut. Dari pemantauan yang sudah dilakukan, memang ditemukan sejumlah wilayah yang mengalami krisis air. ’’Sumur juga sumbernya tidak keluar,’’ ujar Muslimin saat dikonfirmasi via ponsel.
Selain Desa Bedingin, lanjut dia, pihaknya sudah melakukan dropping air bersih ke Desa Sidomulyo, Kecamatan Modo. Diprediksi, dampaknya hingga akhir Oktober. ’’Senang mendapatkan bantuan air bersih dari kabupaten. Jadi bisa memenuhi kebutuhan masak, cuci baju, dan mandi,’’ tutur Dwi.