Jawa Pos

Siap DP Vaksin Rp 3,3 Triliun

Penelitian UI: 82 Persen Nakes Alami Burnout Syndrome

-

JAKARTA, Jawa Pos – Dukungan terhadap pengadaan vaksin Covid-19 ditunjukka­n lewat penyediaan anggaran. Pemerintah telah menyiapkan uang muka

(down payment) pembayaran sebesar Rp 3,3 triliun tahun ini.

’’Terkait dengan vaksin, sudah tersedia dana untuk down payment pada tahun ini sebesar Rp 3,3 triliun. Seluruh dana yang disiapkan adalah Rp 37 triliun untuk program multiyear,’’ ungkap Ketua Komite Penanganan Covid-19 & Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga Hartarto kemarin (4/9).

Pemerintah, kata dia, tetap fokus untuk segera mendatangk­an vaksin. Sebab, peningkata­n kasus terus terjadi. Saat ini ada 187.537 kasus positif virus korona di Indonesia

Terkait dengan vaksin, sudah tersedia dana untuk down payment pada tahun ini sebesar Rp 3,3 triliun. Seluruh dana yang disiapkan adalah Rp 37 triliun untuk program

multiyear.’’ AIRLANGGA HARTARTO Ketua Komite Penanganan Covid-19 & Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN)

Lalu, 134.181 orang sembuh dan 7.832 orang meninggal dunia.

’’Tapi, recovery rate Indonesia 71,7. Ini lebih tinggi daripada global dan kasus fatality rate 42 persen,’’ imbuhnya.

Pemerintah menargetka­n vaksin didistribu­sikan mulai 2021. Sebelumnya, Ketua Pelaksana KPCPEN Erick Thohir menuturkan, Indonesia tidak hanya menunggu vaksin dari Sinovac Tiongkok, tapi juga vaksin dari negara lain, mulai Uni Emirat Arab hingga Eropa.

Sejalan dengan hal itu, Airlangga menjelaska­n, programpro­gram PEN yang telah diusulkan di pusat maupun daerah dan K/L bisa rampung dalam satu pekan ini. Berdasar laporan Kementeria­n Keuangan, sudah ada perubahan-perubahan realokasi yang dilakukan. Yakni, sebesar Rp 679 triliun dari total anggaran yang ditetapkan Rp 695,2 triliun. Dengan demikian, masih ada ruang Rp 16 triliun untuk beberapa program yang belum masuk di dalam anggaran tersebut.

Sementara itu, selama pandemi Covid-19, beban layanan kesehatan bertambah. Hal itu membuat tingkat burnout syndrome pada tenaga kesehatan (nakes) meningkat tajam. Kondisi itu berpengaru­h terhadap kondisi kesehatan mereka.

Merujuk pada penelitian Program Studi Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universita­s Indonesia (FK UI), diketahui bahwa 82 persen nakes di Indonesia mengalami stres selama pandemi. Data tersebut diperoleh dari survei yang dilakukan sejak Februari hingga Agustus 2020 terhadap 1.461 nakes. Nakes itu terdiri atas dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis, perawat, bidan, apoteker, dan analis laboratori­um di seluruh Indonesia.

”Hasilnya, 82 persen mengalami burnout sedang dan 1 persen berat,” ujar Ketua Tim Peneliti dari Program Studi MKK FK UI Dewi Sumaryani Soemarko dalam temu media kemarin.

Kebanyakan di antara peserta survei merupakan nakes dengan usia yang cenderung masih muda. Sekitar 35 tahun dengan masa kerja rata-rata 5 tahun.

Lebih lanjut, dia memaparkan, burnout itu merupakan sindrom psikologis yang muncul akibat respons kronis terhadap stresor atau konflik. Nah, terdapat tiga karakteris­tik gejala burnout, yaitu keletihan emosi, kehilangan empati, dan hilangnya rasa percaya diri.

Sementara itu, pemerintah mengeklaim telah melakukan berbagai hal selama enam bulan masa pandemi Covid-19. Masih ada kekurangan, namun perkembang­an penanganan­nya cukup signifikan. Sejumlah target juga akan terus dikejar.

Kebijakan utama pemerintah dalam mitigasi Covid-19 adalah membagi-bagi wilayah menjadi zona-zona berdasar warna yang menunjukka­n tingkat risiko.

 ?? HENDRA EKA/JAWA POS ??
HENDRA EKA/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia