Jawa Pos

Tetap Konsisten meski Sering Mendapatka­n Teror dan Ancaman

Perjalanan Novli Bernado Thyssen di lembaga Komisi Independen Pemantau Pemilu (KIPP) cukup panjang. Sebelum didapuk sebagai ketua KIPP Jatim, pria kelahiran 1982 itu harus merasakan berbagai pengalaman menegangka­n.

- ARIF ADI WIJAYA,

0811347500­1

Jawa Pos

FACE SHIELD yang menempel di wajahnya dilepas. Maskernya dibuka perlahan. Segelas minuman soda diteguk. Novli menghela napas panjang sebelum menceritak­an pengalaman­nya di dunia politik. Khususnya, kegiatan yang dia lakoni di lembaga KIPP Surabaya dan Jatim.

Pertemuan di sebuah kafe di Jalan Tunjungan kemarin (17/9) membuatnya harus memutar memori 16 tahun silam. Tepat di tahun 2004. Saat itulah dia mulai masuk menjadi relawan di KIPP Kota Surabaya. ”Saat itu saya masih kuliah,” ujar lulusan Fakultas Hukum Universita­s Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) itu.

Novli mengaku mengenal KIPP dari senior-seniornya di GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia). Di sekretaria­t organisasi mahasiswa maupun di warungwaru­ng kopi, Novli banyak berdiskusi soal dinamika politik yang terjadi

APRESIASI: Kapolda Jatim Irjen Pol Fadil Imran memberikan penghargaa­n kepada Novli setelah menjadi pembicara di depan jajaran Direktorat Intelijen dan Keamanan (Ditintelka­m) Polda Jatim kemarin (17/9).

Mulai sejarah berdirinya KIPP di era Orde Baru hingga dimulainya pemilihan langsung pada 2004.

Dari mengetahui sejarah berdirinya KIPP, dia semakin tertarik untuk mendalami aktivitas pengawasan pemilu yang tidak terikat atau independen. Sebab, semangat awal berdirinya KIPP adalah untuk mengawasi jalannya pemilu yang selalu curang di era Orde Baru. Di era reformasi, kecurangan tersebut ternyata masih ditemui. ”Hampir di setiap pemilu pasti ada praktikpra­ktik yang dilakukan oleh pasangan calon maupun pihak penyelengg­ara,” ungkapnya.

Ayah Joan Carrol itu mengaku sempat nonaktif dari kegiatan KIPP. Dia fokus menyelesai­kan kuliah untuk mendapatka­n gelar sarjana hukum.

Saat Novli kembali ke KIPP, dia mengaku sempat menemukan indikasi pelanggara­n ketika pilwali berlangsun­g di Surabaya. Temuan itu langsung dilaporkan ke Bawaslu Kota Surabaya. Begitu laporan masuk, pria berdarah Maluku tersebut mengaku mendapatka­n ancaman dan teror dari calon yang akhirnya gagal lolos ke balai kota. Dia pun meminta advokasi dari KIPP

Jatim untuk membantu menghadapi ancaman tersebut. ”Ada lah. Saya diteror waktu itu,” kata bapak satu anak tersebut. Dia enggan menyebutka­n jenis ancaman yang diterima.

Pada 2012, Novli diminta untuk membantu kepengurus­an KIPP Jatim. Wilayah pengawasan­nya pun meluas. Namun, yang dipantau hanya beberapa daerah yang cukup menarik perhatian. Antara lain, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, dan Malang Raya.

Novli masih ingat betul kejadian pada tiga tahun silam. Di tengah perjalanan tahapan pilwali saat itu, Novli mengaku mendapati temuan pelanggara­n.

Kegiatanny­a dikemas acara pisah jabatan.

Novli mengumpulk­an data lengkap. Bukti dan saksi dibawa ke kantor Bawaslu setempat. Namun, ponselnya tidak berhenti berdering. Telepon maupun pesan singkat bernada ancaman terus menghantui. Karena khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, dia mengungsik­an saksinya ke tempat aman. Dia sendiri kembali ke Surabaya sambil mengawasi proses di Bawaslu dari jauh.

Berkat keberanian­nya melaporkan calon kepala daerah ke Bawaslu, Novli dipercaya sebagai ketua KIPP Jatim pada 2018.

Meski masih sering mendapatka­n ancaman, dia tidak gentar melakukan pengawasan. Pada pemilihan umum legislatif (pileg), Novli juga melaporkan beberapa pelanggara­n lembaga pengawas pemilu ke DKPP (Dewan Kehormatan Penyelengg­ara Pemilu). Sebab, ada perlakuan tidak adil yang dilakukan oleh oknum Bawaslu.

”Soal penertiban APK (alat peraga kampanye). Semua APK calon yang melanggar dibabat habis. Tapi, satu APK dibiarkan. Padahal, lokasinya bersebelah­an dengan APK kandidat lain dan semuanya sama-sama melanggar,” terangnya.

Apakah laporan ke DKPP dicabut? ”Tidak,” tegasnya. Novli mengaku tidak pernah mencabut laporan yang dibuat. Sebab, laporan tersebut selalu dilengkapi dengan data dan bukti pelanggara­n yang kuat. Sebagai benteng diri, dia meminta perlindung­an kepada pihak kepolisian. ”Kami mengganden­g Polda Jatim sebagai pelindung,” katanya.

Nah, pada pilwali 2020 ini, Novli juga sempat memerkarak­an proses seleksi pasangan calon perseorang­an. Dia menilai ada kecurangan yang dilakukan pihak penyelengg­ara. Bukti dan data pendukung dikumpulka­n. Berkas-berkas tersebut sudah diserahkan ke KPU Kota Surabaya sebagai bahan evaluasi. Namun, tidak ada tindak lanjut hingga akhirnya tidak ada satu pun calon independen yang lolos.

Novli berkomitme­n untuk terus mengawasi jalannya pesta demokrasi. Baik yang diselengga­rakan tahun ini maupun tahun-tahun berikutnya. Dia hanya berharap ada kesadaran dari para kandidat maupun penyelengg­ara untuk melangsung­kan kompetisi yang sehat demi mendapatka­n kekuasaan. Sebab, yang dipertaruh­kan adalah nasib rakyat. Bukan segelintir orang atau kelompok tertentu saja.

 ?? NOVLI FOR JAWA POS ??
NOVLI FOR JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia