Jawa Pos

Maksimalka­n Potensi, Dukung Surabaya Naik Kelas

DPRD Kota Surabaya Dorong Sinergi Semua Pihak

- Konsisten Beri Masukan dan Lakukan Evaluasi

’’SURABAYA memiliki potensi besar,” ujar Wakil Ketua DPRD Surabaya Laila Mufidah. Salah satu kekuatan utama adalah dalam bidang fiskal yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) & Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). PAD Kota Surabaya mencapai Rp 5,4 triliun, sedangkan APBD sebesar Rp 10,3 triliun.

Sebagai pusat perdaganga­n dengan infrastruk­tur lengkap, letak Surabaya cukup strategis karena dekat dengan pelabuhan dan bandara. Hal itu menjadikan Surabaya sebagai lintasan perekonomi­an dan perdaganga­n.

Semua potensi itu harus dimaksimal­kan. DPRD Surabaya terus mendorong Pemerintah Kota Surabaya dalam membenahi pelayanan, terutama untuk kesehatan masyarakat, pendidikan, dan ketersedia­an hunian yang layak serta memadai. Tujuannya, Surabaya bisa naik kelas.

Kenaikan kelas itu, menurut politikus Partai Kebangkita­n Bangsa (PKB) tersebut, dipandang perlu dilakukan menyeluruh dalam berbagai bidang. Di lini kesehatan, Surabaya harus menjadi pelopor.

Selama ini, standar indeks pelayanan kesehatan masyarakat di Surabaya masih kalah jauh dengan kota-kota lain di Jawa Timur yang kemampuan fiskalnya lebih kecil. ’’Padahal, semua wilayah Surabaya terjangkau oleh infrastruk­tur. Dari 61 puskesmas, hanya 23 yang memiliki sarana untuk rawat inap. Kami di dewan sudah sering mengkritis­i, tapi tidak ada perubahan,’’ ungkap Laila.

Laila juga mengungkap­kan, anggaran Dinas Kesehatan Kota Surabaya lebih kecil ketimbang dinas kebersihan kota. Kondisi ini menjadi kontra produktif dari sisi pelayanan kebutuhan hajat dasar masyarakat. Karena kesehatan menjadi amanat undang-undang.

’’Ini menjadi tolok ukur kepedulian pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Standar pelayanan harus lebih baik, terutama di kesehatan dan pendidikan,’’ jelasnya.

Di lini pendidikan, Laila melihat masih banyak ketimpanga­n dari Pemkot Surabaya dalam memberikan fasilitas di sekolah negeri dan swasta. Ketersedia­an sekolah negeri di jenjang SMP hanya sejumlah 63 negeri, untuk SMP swasta jumlahnya lebih dari 200 sekolah. Padahal, menurutnya, tidak boleh ada dikotomi antara pendidikan negeri dan swasta. Laila mengaku banyak pengaduan masyarakat tentang pendidikan yang masuk ke mejanya.

’’Yang dibutuhkan masyarakat bukan hanya sekolah negeri, tapi akses jangkauan kepada pendidikan. Bagaimana pemerintah bisa hadir untuk menaikkan kualitas sekolah swasta sehingga rakyat bisa memiliki kesempatan yang sama terhadap akses pendidikan untuk mencerdask­an masyarakat Surabaya,’’ katanya.

Diakui oleh Laila bahwa Pemkot Surabaya saat ini banyak memberikan kemajuan di bidang keindahan. Namun, Surabaya dituntut bukan hanya dari keindahan kota, tetapi juga kebutuhan dasar warga.

Di bidang hunian dan tempat tinggal, Laila mengungkap­kan masih sering dijumpai masyarakat Surabaya tinggal di tempat yang kurang layak huni. Bahkan, di jantung kota masih ada yang tinggal di kampung kumuh. Terlebih, saat masa pandemi Covid-19 kondisinya semakin memprihati­nkan. Karena lokasi yang kumuh jauh dari standar kesehatan.

Rumah susun (rusun) juga sudah dibangun baik. Tapi, menurut Laila masih harus ditingkatk­an kelasnya karena kapasitasn­ya hanya 200–300 KK. Padahal, yang antre untuk menempati rusun lebih dari 8 ribu KK. Jalan keluarnya, desain rusun harus diperbaiki menjadi lebih efisien dengan daya tampung lebih banyak.

Ke depan, Laila mengaku bakal terus memberikan masukan pada Pemkot Surabaya. Di antaranya, mendorong kepala daerah menggunaka­n PAD atau APBD dengan benar dan tepat sasaran. Tujuannya, mampu menyejahte­rakan rakyat dengan merata. Apalagi dengan kemampuan fiskal Surabaya yang sangat besar.

Laila menambahka­n, Surabaya telah menjadi barometer ekonomi Jawa Timur, bahkan nasional. Itu makin menegaskan bahwa keberadaan Surabaya cukup krusial. Laila meyakini, Surabaya perlu menunjukka­n diri sebagai kota yang benar-benar menduduki posisi nomor dua di Indonesia. ’’Setelah Jakarta, Surabaya juga harus dipandang sebagai kota yang besar dan berkelas. Untuk mewujudkan­nya, pengelolaa­n APBD secara maksimal juga menjadi kunci,” ujar Laila.

Laila menyinggun­g semangat gotong royong yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Semangat tersebut bukan sebatas untuk kepentinga­n kontestasi politik, tapi sudah menjadi ruh Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara.

’’Dalam demokrasi Pancasila, gotong royong adalah bajunya. Maka harus dimaknai sebuah semangat kebersamaa­n untuk menaikkan kelas Surabaya. Gotong royong harus diwujudkan dengan kenaikan kelas,” ungkap Laila. Tak lupa Laila berpesan kepada para petinggi atau pejabat agar terus melakukan pergerakan positif dan efektif demi kesejahter­aan rakyat, bukan sekadar kepentinga­n politik.

Selain pemanfaata­n kemampuan fiskal yang maksimal, gotong royong juga menjadi kunci Surabaya bisa naik kelas. Tebarkan semangat gotong royong agar dimiliki seluruh warga, bukan hanya demi kepentinga­n politik semata.”

LAILA MUFIDAH Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya

 ?? ANDRIANSYA­H POETRA/JAWA POS ??
ANDRIANSYA­H POETRA/JAWA POS
 ?? KHUSAINI/JAWA POS ?? INGIN LEBIH MAJU: Wakil Ketua DPRD Surabaya Laila Mufidah melakukan sidak ke sebuah rumah sakit pada tahun lalu. Laila ingin memastikan bahwa masyarakat mendapatka­n pelayanan kesehatan yang baik (foto kanan). Untuk tempat tinggal, khususnya rumah susun (rusun), sudah dibangun baik. Tapi menurut Laila, masih harus ditingkatk­an kelasnya.
KHUSAINI/JAWA POS INGIN LEBIH MAJU: Wakil Ketua DPRD Surabaya Laila Mufidah melakukan sidak ke sebuah rumah sakit pada tahun lalu. Laila ingin memastikan bahwa masyarakat mendapatka­n pelayanan kesehatan yang baik (foto kanan). Untuk tempat tinggal, khususnya rumah susun (rusun), sudah dibangun baik. Tapi menurut Laila, masih harus ditingkatk­an kelasnya.
 ?? ANDRIANSYA­H POETRA/JAWA POS ??
ANDRIANSYA­H POETRA/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia