Sejarawan Dukung Pemanfaatan Gedung Singa
Asalkan Tak Merusak Penampilan Bangunan Cagar Budaya
SURABAYA, Jawa Pos – Muncul informasi Gedung Singa di kawasan Jembatan Merah disewakan pemiliknya untuk wirausaha. Pemanfaatan bangunan cagar budaya itu mendapat dukungan penggiat sejarah. Namun, mereka mewanti-wanti agar pemakaian tak mengubah penampilan. Sebab, Gedung Singa merupakan bangunan bersejarah yang langka.
Bangunan yang sempat disewa
PT Aperdi Djawa Maluku itu dirancang Hendrik Petrus Berlage, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Bangunan serupa hanya ada di Jakarta dan Amsterdam.
Ketua Komunitas Laskar Soerabaja Muhammad Saiful menjelaskan, Gedung Singa sudah lama tak terpakai. Jika terus mangkrak, penggiat sejarah khawatir gedung akan rusak. ’’Saya mendukung pemanfaatannya. Asalkan tidak mengubah bentuk bangunan,” kata Saiful.
Dengan dimanfaatkan untuk wirausaha, cagar budaya akan lebih aman. Pemakainya bisa melakukan perawatan secara rutin. ’’Nanti, tembok-tembok yang mengelupas bisa diperbaiki,” tambah Saiful.
Menurut dia, informasi terkait penyewaan Gedung Singa sebenarnya sudah lama terdengar. Bahkan, pernah ada survei ke lokasi langsung. Saat itu, pengusaha yang akan memakai didampingi langsung dari Pemkot Surabaya, arsitek, dan komunitas sejarah.
Berdasar catatan dinas perpustakaan dan kearsipan (dispusip), Gedung Singa selesai dibangun pada 1903. Bangunan seluas 550 meter persegi itu ditetapkan sebagai cagar budaya pada 1998. Di awal pendirian, gedung tersebut dipakai untuk kantor Algemeene Maatschappij van Levensverzekering en Lijfrente (Perusahaan Umum Asuransi Jiwa dan Tunjangan Hari Tua) milik Belanda.
Salah satu yang menjadi daya tarik utama adalah dua patung singa bersayap di samping pintu masuk utama. Patung tersebut sering mencuri perhatian para turis Eropa. Dua patung tersebut dipahat seniman asal Belanda. Namanya Joseph Mandes Da Costa. Sedangkan fungsinya mirip Dwarapala pada candi atau Ciok Say pada kelenteng. Yakni, simbol penjaga bangunan agar aman.
Hingga kini, singa bersayap itu masih utuh. Warnanya abuabu. Konon, singa-singa tersebut cukup menakutkan saat dipandang pada malam.
Menurut Saiful, karya Berlage cukup kondang di Belanda. Arsitekturnya kental dengan gaya kolonial. Mulai tembok tebal, bercat putih, jendela lebar, hingga kamar yang luas. Yang menarik lainnya, adanya lukisan pada porselen di tembok bagian depan. Lukisan itu terpasang di atas pintu masuk. Tingginya sekitar 5 meter. ’’Itu karya seniman Jan Toorop yang juga keturunan Belanda,” pungkas Saiful.