Nonmuslim Bisa Ikut Bergabung Belajar Daring Bersama
Kuota terbatas menjadi kendala banyak keluarga saat menjalani sekolah daring. Peduli akan hal itu, Masjid At Taqwa di Jalan Alun-Alun Selatan Bangunsari, Krembangan, memberikan wifi gratis untuk anak-anak plus pendamping selama belajar daring.
MUHAMMAD Izza Nasrullah mungkin tidak memilik fisik yang sempurna. Namun, bocah 12 tahun tersebut punya semangat belajar yang tinggi. Karena itu, Izza sangat aktif mengikuti pembelajaran daring bersama di Masjid At Taqwa. Siswa yang duduk di bangku kelas VI SD Muhammadiyah Kreatif 20 itu tak pernah bolos.
Sebagaimana halnya kemarin (17/9). Belajar daring baru dimulai pukul 08.30. Namun, sejak pukul 06.30, Izza stand by di rumah. Sambil menungu belajar dimulai didampingi sang ayah bernama Widodo Kurniawan, Izza menyempatkan waktu mengerjakan pekerjaan rumah yang belum diselesaikan.
Sekitar pukul delapan pagi, Khoirul
Alimin tiba di rumah Izza di Jalan Dupak Bangunrejo. Selain seorang guru, Khoirul merupakan salah seorang pengurus Masjid At Taqwa. Khoirul bermaksud menjemput Izza untuk belajar bersama di Masjid At Taqwa. Di masjid, beberapa pelajar SD, SMP, dan SMA dari sekolah berbeda telah berkumpul.
”Tugas saya di sini untuk mengawasi proses belajar siswa. Jangan sampai internet yang disediakan pihak masjid secara gratis dimanfaatkan siswa untuk bermain game atau media sosial,” katanya. Selain itu, dia bertugas membantu mereka yang kesulitan mengerjakan tugas. Khoirul adalah salah satu guru SD Muhammadiyah Kreatif 20.
Sekretaris Takmir Masjid At
Taqwa Zainul Arifin mengatakan, pembelajaran daring dan pendampingan siswa berlasung setiap hari. Mulai pukul 08.00 hingga 11.00. Seluruh pelajar bebas untuk memanfaatkan fasilitas internet gratis di masjid At Taqwa.
Bukan hanya pelajar muslim. Pintu terbuka lebar bagi pelajar nonmuslim. ”Tidak ada batasan, baik itu muslim maupun nonmuslim, semuanya bisa menikmati fasilitas internet gratis. Karena kita semuanya bersaudara,” ujarnya.
Arifin menjelaskan maksud tujuan pihak masjid menggelar belajar-mengajar bersama. Yakni, agar pelajar tak lagi belajar di warung kopi. Sebab, belajar daring di warung kopi dinilai kurang efektif. Asap rokok dapat mengganggu siswa. ”Apalagi, terkadang adanya perkataan kasar terdengar di sana (warkop, Red), malah memberikan dampak negatif ke anak. Jadi, lebih baik belajar di masjid. Siswa jadi bisa terkontrol,” ujarnya.