Bersama-sama Ciptakan Market Syariah
JAKARTA, Jawa Pos – Rendahnya literasi inklusi keuangan syariah nasional menjadi tantangan perbankan syariah untuk berkembang. Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) berkomitmen tidak hanya bertransformasi secara digital. Tapi, harus costumercentric untuk mendongkrak brand syariah di masyarakat.
Ketua Umum Asbisindo Toni E.B. Subari menyatakan bahwa keuangan dan perbankan syariah terbukti mampu bertahan di tengah pandemi Covid-19. Market share perbankan syariah juga terus meningkat. Dari 5,78 persen pada 2017 menjadi 6,18 persen per Juni 2020.
”Satu kuncian yang saat ini menjadi semakin penting adalah digitalisasi perbankan syariah. Apalagi, platform perbankan digital menjadi channel utama untuk nasabah bertransaksi sehari-hari,” papar Toni kemarin (25/9).
Menurut dia, wajar jika literasi masyarakat mengenai perbankan syariah masih rendah. Sebab, usia industri tersebut masih relatif muda dibandingkan bank konvensional. Meski demikian, potensi sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia harus dioptimalkan.
Hasil riset State of the Global Islamic Economy Report 2019 menunjukkan bahwa potensi bisnis industri halal mencakup banyak hal. Di antaranya, halal food, fashion, media, wisata, farmasi, kosmetik, dan umrah.
Direktur IT, Operations and Digital Banking PT Bank Syariah Mandiri (Mandiri Syariah) Achmad Syafii berjanji menggenjot digital perbankan customercentric. Dengan demikian, produk perbankan mampu memenuhi kebutuhan nasabah. Misalnya, aplikasi Mandiri Syariah Mobile, Net Banking, dan layanan buka rekening daring.
Sementara itu, BNI Syariah mendukung layanan digitalisasi Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri). Menyediakan produk dan layanan keuangan bagi anggota perusahaan travel.