Pantau Aktivitas dan Awasi Isolasi
Cara Pemkot Cegah Klaster Keluarga
SURABAYA, Jawa Pos − Persebaran Covid-19 tak pandang bulu. Virus asal Tiongkok itu bisa saja menyerang seluruh orang dalam satu keluarga. Sebagai langkah antisipasi, pemkot melakukan sejumlah langkah. Yakni, mengawasi aktivitas warga serta mengecek tempat isolasi mandirinya. Klaster keluarga saat ini menjadi perhatian serius pemerintah
J
Sebab, jumlahnya terus melonjak. Tersebar di lima kota besar. Yaitu, Bekasi, Bogor, Jogjakarta, Semarang, dan Malang.
Sekretaris Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Irvan Widyanto menuturkan, pemkot tidak ingin kondisi Surabaya kembali menjadi zona merah karena virus korona jenis baru merebak. ”Kami terus berupaya meredam virus korona,” jelasnya.
Menurut Irvan, warga tetap harus mematuhi protokol kesehatan. Menjaga jarak serta memakai masker. Sebab, Covid-19 belum sepenuhnya hilang.
Klaster keluarga menjadi perhatian. Sebab, persebaran berjalan sangat cepat. Satu orang yang terpapar bisa dengan mudah menulari anggota keluarga lain.
Pemkot sudah merancang upaya untuk menekan korona. Juga menghalau munculnya klaster keluarga.
Perhatian utama ditujukan pada warga Surabaya yang selepas bepergian ke luar kota. Setelah tiba di Surabaya, pemkot meminta warga mampir dulu ke laboratorium kesehatan daerah (labkesda) untuk menjalani uji usap. ”Memastikan sehat, baru setelah itu pulang,” terangnya.
Pemkot juga fokus memelototi pendatang dari luar kota yang masuk ke Surabaya. Aturan anyar dikeluarkan. Warga yang menginap di Kota Pahlawan lebih dari tiga hari diminta menujukkan hasil swab test. ”Kalau belum, silakan uji usap di labkesda. Dikenakan biaya Rp 125 ribu,” ucap Irvan.
Langkah lain adalah dengan memelototi kerumunan. Setiap hari satpol PP, linmas, TNI, dan Polri turun ke seluruh wilayah. Membubarkan kerumunan. Menggelar rapid test.
Lokasi yang dipantau beragam. Mulai kafe, warkop, taman, hingga pasar. Kemarin (25/9) petugas gabungan turun ke Pasar Tambak Wedi, Kenjeran. Uji cepat dilaksanakan. Dari 198 warga yang menjalani tes kesehatan itu, hanya satu orang yang dinyatakan reaktif. ”Langsung ditangani petugas kesehatan,” tuturnya.
Caralainadalahdenganmengawasiwargayangmenjalaniisolasi
mandiri.Daridatapemkot,jumlah warga yang rawat jalan cukup banyak. Mencapai 170 orang.
Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara menyatakan, sejak awal aturan isolasi mandiri diperketat. Tidak sembarang warga mendapatkan izin. Harus memenuhi ketentuan.
Pertama, kesehatan warga ditelaah. Yang memiliki penyakit komorbid diminta menjalani isolasi di asrama haji.
Selain itu, pemkot menelaah kelaikan rumah. Luas hunian dievaluasi. Idealnya, rumah harus besar sehingga meminimalisasi kontak fisik dengan anggota keluarga yang lain.
Febri, sapaan akrab Febriadhitya, mengatakan bahwa pemkot berupaya membujuk warga yang menjalani isolasi mandiri agar mau dipindahkan ke asrama haji. Tujuannya, kondisi warga bisa diamati 24 jam.
”Penanganan juga lebih cepat. Petugas siaga,” terangnya.
Nah, saat ini pemkot berupaya mempercepat penanganan korona.Yaitu,denganmengadakan swab test masal. Dengan cara itu, tingkat kesehatan warga bisa diketahui dengan cepat. ”Yang positif langsung diarahkan ke RS rujukan,” jelasnya.