Jawa Pos

Skrining Dini Cegah Lansia Alami Tuli

-

SURABAYA, Jawa Pos – Kelompok lansia sering menghadapi banyak masalah karena organorgan tubuh mereka mengalami degenerasi. Salah satu keluhan yang kerap ditemui adalah fungsi pendengara­n menurun.

Ketua Komite Daerah (Komda) Penanggula­ngan Gangguan Pendengara­n dan Ketulian (PGPKT) Jatim Dr dr Nyilo Purnami SpTHT (K) FICS FISCM menyatakan, presbikusi­s alias gangguan pendengara­n pada lansia merupakan hal yang serius. Sebab, gangguan itu langsung berimbas pada kualitas komunikasi dalam keluarga. ”Pada orang tua, yang bersangkut­an sering kali tidak merasakan ada masalah. Tapi, justru orang sekitarnya yang lebih tahu. Misalnya, orang tua minta suara anaknya dikeraskan saat ngobrol. Tapi, kalau nanti sudah keras, dikira membentak,” jelas dokter spesialis THT RS Darmo tersebut.

Akhirnya, terjadi salah paham, salah persepsi, hingga pertengkar­an antaranggo­ta keluarga. Karena itu, anggota keluarga yang lebih muda harus lekas tanggap dengan membawa orang tuanya ke rumah sakit untuk menjalani tes auditori. Dengan begitu, tingkat keparahan gangguan dengarnya bisa diketahui. ”Keluargany­a yang harus memeriksak­an. Dijelaskan dengan baik, pelan-pelan. Sebab, memang pasien presbikusi­s itu tidak merasa pendengara­nnya bermasalah,” ujar Nyilo.

Jika kondisi itu dibiarkan dalam waktu lama, kata Nyilo, pendengara­nnya akan terus menurun. Akibatnya, mereka mengalami depresi, demensia, gangguan keseimbang­an, hingga ketulian.

Nyilo menuturkan, presbikusi­s karena faktor usia tidak bisa dicegah 100 persen karena terjadi secara otomatis dan alamiah.

Meski begitu, tetap ada upaya yang bisa dilakukan. Yaitu, mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang mendorong faktor risiko terjadinya presbikusi­s. Sebut saja penyakit kolesterol tinggi, kencing manis, jantung, dan hipertensi. Juga menghindar­i paparan kebisingan dalam intensitas waktu yang panjang.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia