Jawa Pos

Tren Serapan Anggaran PEN Meningkat

-

JAKARTA, Jawa Pos – Anggaran untuk pemulihan ekonomi nasional (PEN) terus dicairkan. Hingga 28 September, pemerintah telah menyalurka­n anggaran Rp 304,6 triliun atau 43,8 persen dari total anggaran yang tersedia Rp 695,2 triliun.

Anggaran untuk beberapa sektor di klaster perlindung­an sosial sudah hampir tuntas disalurkan. Ada dua sektor yang penyerapan­nya di atas 90 persen. Pertama, program keluarga harapan (PKH). ”Ini sudah bisa disalurkan Rp 36,3 triliun dan diterima 10 juta penerima manfaat,” terang Ketua Satgas PEN Budi Gunadi Sadikin kemarin (30/9). Itu setara 97,1 persen dari pagu anggaran PKH Rp 37,4 triliun

Kemudian, yang serapannya juga besar adalah program kartu prakerja. Di antara total anggaran Rp 20 triliun, sudah tersalurka­n Rp 19,5 triliun atau 97,5 persen. Beberapa program lainnya masih di kisaran 70 persen. Misalnya, kartu sembako (73,2 persen) serta bansos Jabodetabe­k dan non-Jabodetabe­k (74,6 persen). Untuk program subsidi gaji, baru terealisas­i 36,9 persen.

Wakil menteri BUMN itu meyakini penyaluran bantuan tersebut akan berpengaru­h pada perputaran ekonomi di masyarakat. Sebab, dalam hitungan kasar, penyaluran bantuan sepanjang kuartal ketiga seharusnya bisa berdampak pada produk domestik bruto senilai hampir Rp 300 triliun.

Wakil Ketua Satgas PEN Suahasil Nazara menuturkan, tren serapan bulanan PEN memang meningkat signifikan. Pada akhir Juni, total anggaran yang terserap secara kumulatif sejak awal program PEN mencapai Rp 124,62 triliun. Kemudian, sepanjang Juli, anggaran Rp 23,05 triliun terserap. Pada

Agustus, serapannya meningkat hampir tiga kali lipat, yakni Rp 63,93 triliun. Selama 28 hari pada September lalu, anggaran yang terserap Rp 93,02 triliun. ”Jadi, bisa dilihat bahwa terjadi percepatan penyerapan anggaran yang sangat signifikan untuk program pemulihan ekonomi nasional,” terangnya.

Suahasil menyatakan, pada kuartal III 2020 pertumbuha­n ekonomi Indonesia membaik. Meski ekonomi dalam negeri diprediksi belum bisa lepas dari pertumbuha­n minus, setidaknya kontraksin­ya lebih kecil daripada kuartal II. Karena itu, pemerintah masih optimistis perbaikan kondisi ekonomi terus berlangsun­g, termasuk sepanjang tahun depan.

Optimisme itu pula yang mendasari kesepakata­n pemerintah dan DPR untuk memproyeks­ikan ekonomi 2021 tumbuh 5 persen. Diharapkan, secara gradual akan terjadi perbaikan dari sisi konsumsi dan investasi. Termasuk yang berasal dari konsumsi pemerintah. Dengan begitu, ada kontribusi terhadap pemenuhan target pertumbuha­n ekonomi 5 persen.

Hal lain yang mendasari target pertumbuha­n ekonomi 5 persen tahun depan adalah kontraksi ekonomi tahun ini. Bila ekonomi mengalami kontraksi, pertumbuha­nnya menjadi minus. ”Secara teknikal, tahun depannya itu memang ada sedikit peningkata­n karena tahun ini basisnya lebih rendah,” jelas Suahasil. Kondisi tersebut diistilahk­an sebagai technical rebound.

Secara sederhana, bila tahun ini turun, tahun depannya perekonomi­an bisa terlihat naik. Jadi, bisa terjadi pertumbuha­n yang positif. Basisnya adalah kombinasi technical rebound dengan kondisi ekonomi yang secara gradual meningkat. Baik dari sisi konsumsi maupun investasi yang didukung anggaran pemerintah.

Lantas, apa saja program pemerintah untuk mengejar pertumbuha­n ekonomi tersebut? Budi menuturkan bahwa yang utama adalah satgas diminta mempertaha­nkan program yang dinilai sukses dan lancar sepanjang 2020. ”Mungkin ada beberapa program lagi. Titipan dari Kemenkeu adalah tolong dipastikan yang sifatnya transforma­sional bisa masuk,” tuturnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia